J
Kegiatan Jaka sehari-hari setelah
kuliah terus nimbrung diorganisasi terus ngapelin si Citra dan malamnya
bergulat dengan buku-buku kuliah dan sesekali buku-buku tentang politik negara.
Hari-hari dilalui jaka seperti itu tanpa lelah dan mengeluh. Hingga tiba suatu
saat ibunya menelfon Jaka.
Ibu Jaka : Assalamu alaikum Jaka…
Jaka : Wa Alaikum Salam bu.
Ibu Jaka : Jaka
bagaimana kabarnya ? kapan pulang kekampung, ibu sudah kangen pengen bertemu
kamu.
Jaka :
Alhamdulillah baik bu’, maaf bu’ Jaka belum bisa pulang.
Ibu Jaka : Kenapa
nak, kan sudah masanya liburan ini. Teman-temanmu saja sudah pada pulang. Kamu
sudah beberapa bulan tidak pernah pulang, Nelfon ibu bapak saja juga sudah
jarang, kalau ibu bapak tidak nelfon dahulu.
Jaka : Maaf
bu’ disini banyak agenda kegiatan jadi belum bisa pulang.
Ibu Jaka : Ya sudah kalau begitu, Ibu doakan semoga
kamu baik-baik saja disana.
Setelah ditelefon itu Jaka jadi
berfikir memang dia sekarang sudah jarang sekali pulang, kalau pulang juga Cuma
sebentar lagi terus balik lagi ke Semarang. Sebenarnya liburang dedan juga ada
waktu libur untuk dia untuk pulang, tapi dia sudah terlanjur janji sama Citra
pacarnya untuk nemenin jalan-jalan muter-muter Semarang. Untuk si Citra Jaka
rela lakuin apa aja asal pacarnya yang cantik itu senang dan tidak berpaling
kecowok lain. Dia tidak mau kehilangan sosok secantik Citra dalam hidupnya.
Sampai beberapa bulan kemudian
hubungan mereka tetap harmonis walau ada sedikit sedikit
pertengkaran-pertengkaran kecil diantara mereka. Tapi itu tidak menjadi masalah
yang berlarut dalam hubungan mereka. Jaka dan Citra pun disibukan dalam agenda
organisasi kampus yang sama, mereka sering bersama dalam kesibukan
agenda-agenda besar dikampus. Jaka pun terlihat sangat sibuk tapi tetap
menikmatinya. Pada suatu hari sang ibu menelfon kembali pada Jaka.
Ibu Jaka : Assalamu alaikum Jaka…
Jaka : Wa Alaikum Salam bu.
Ibu Jaka : Jaka
bagaimana kabarnya anakku ? kok belum pulang-pulang juga, padahal sudah beberapa bulan telah berlalu semenjak ibu telfon dulu.
Jaka : M…..
maaf bu’, akhir-akhir ini juga semakin banyak sekali kegiatan Jaka dikampus.
Ibu Jaka : Terus
kapan Jaka mau meluangkan waktunya untuk ibu bapak dirumah ?
Jaka :
Gimana ya bu’… mmmmmm ya sudah liburan dua minggu lagi Jaka akan pulang.
Ibu Jaka : ibu
menunggumu dirumah Jaka.
Setelah telefon itu Jaka terus
berfikir, karena liburan minggu depan dia sudah menjadwalkan untuk bisa bersama
Citra menikmati liburan dengan naik gunung. Setelah itu dengan berbagai alasan
Jaka minta maaf pada Citra bahwa ia tidak bisa menemaninya naik gunung bersama
teman-temannya karena diminta pulang ibunya. Citra pun sedih, terlihat mukanya
yang muram menunduk. Tapi Jaka dengan sigap menghibur dambaan hatinya itu.
Jaka : Citra sayaaang
Citra : Iya kenapa ? (dengan agak judesnya)
Jaka :
sayang, kok sedih cemberut gitu sih. Gini memang liburan nanti aku akan bersama
ibuku. Tapi tahu gak ?
Citra : Tahu
apa ? (tambah judes tapi penasaran)
Citra : Uhhh
dasar laki-laki pinter ngegombal (sambil terlihat cuek tapi hatinya sangat
senang sekali mendengat kata-kata Jaka itu)
Waktu liburan pun tiba, Jaka pun
pulang kekampungnya dengan berbekal sepeda motor pemberian ayahnya dahulu. Sebelum
pulang ia membawa berbagai berkas dan lembaran-lembaran agenda kerja
organisasinya dikampus supaya nanti tetap bisa nanti dikerjakan dirumah.
Akhirnya dengan beberapa jam perjalanan akhirnya ia sampai dikotanya yaitu kota
Temanggung. Setelah sampai ibu Jaka langsung memeluk Jaka karena sangat ia
merindukan anaknya itu karena sudah beberapa bulan tak melihat anaknya
langsung. Beberapa jam dirumah Jaka sudah banyak diajak ngobrol sama kedua
orang tuanya tentang kuliahnya dan kehidupanya di semarang. Tapi ditengah
obrolan dengan orang tuanya itu tiba-tiba handphone Jaka berbunyi berkali-kali,
tapi Jaka tak memperdulikannya karena tak enak sedang berbicara dengan orang
tuanya. Tapi karena masih berbunyi terus maka dilihatnya Jaka ternyata Citra
pacarnya menelfon. Dengan sigap Jaka meminta izin untuk mengangkat telefonnya.
Jaka terlihat panic, karena Citra memberitahunya bahwa ia sedang sakit tapi
sebenarnya cuma demam biasa akibat kecapean naik gunung kemarin tapi tetap meminta
ingin bertemu Jaka. Katanya ingin dapatkan perhatian langsung dari pacarnya
itu. Fikiran Jaka ya terpaksa tentu harus balik ke Semarang lagi. Tapi tentu
orang tuanya tidak akan mengizinkan kalau alasannya adalah masalah pacar.
Apalagi orang tuanya sangat tidak suka dengan yang namanya pacaran dalam
mendidik anak-anaknya. Jaka masih bingung, tapi ia kembali melanjutkan ngobrol
dengan orang tuanya. Tiba-tiba telefonnya bordering kembali beberapa kali,
orang tuanya sampai heran betapa anaknya itu sangat disibukan oleh
telefon-telefon yang masuk. Jaka mengira itu adalah dari Citra, tapi ternyata
itu dari Andi Ketua salah satu organisasi dikampus, andi menanyakan tentang
kegiatan yang diserahkan pada Jaka dan mengatakan ingin bertemu Jaka secepatnya
karena penting sekali. Padahal Jaka bukanlah ketua panitia dari acara tersebut,
tapi Jaka sangat menggebu-gebu jika bicara tentang sebuah kegiatan dan sangat
ingin berkontribusi niatnya. Dengan alasan inilah Jaka meminta izin pada orang
tuanya untuk kembali kesemarang besok paginya.
Ibu Jaka : Nak, baru sehari saja dirumah kok
sudah mau balik lagi kesemarang sih nak ?
Jaka : Maaf bu’, tapi ini kan juga demi masa depan
dan pengalaman Jaka.
Ibu Jaka : Tadi ibu
dan bapak sebenarnya juga mendengar pembicaraanmu ditelfon, yang pertama denga
wanita yang kau panggil sayang dan satunya yang kau panggil mas Andi. Jaka,
apakah Cuma demi mereka kamu ingin secepat itu kembali disana ? seorang gadis
yang mengatakan butuh kamu karena ia hanya demam kecil dan seorang yang hanya
ingin ngobrol denganmu tentang ntah kegiatan apa. Apa kamu gak lebih
mementingkan ibumu nak, yang selama ini mengasuhmu dari kecil dan kau sehari
saja bertemu dan ingin meninggalkannya lagi.
Jaka : Ibu,
tapi ini demi kebaikan Jaka juga kan bu’. Wanita yang tadi dalam telfon itu
adalah pacar Jaka, dia wanita yang cantik dan baik bu’, dan yang tadi mas Andi
adalah orang yang selalu member semangat padaku. Apakah salah bu’ bila aku
mempersiapkan masa depanku lewat mereka.
Ibu Jaka : Jaka ya
baik mempersiapkannya, tapi apakah kamu mau mengesampingkan ibumu dan bapakmu
ketimbang mereka. Sebenarnya ibu menyuruhmu pulang selain karena ibu sangat
rindu juga ada banyak hal yang ingin bapak dan ibu sampaikan padamu. Tentang
masa depanmu setelah lulus jadi sarjana, bapak dan ibu sudah persiapkan
beberapa uang untuk kamu jika ingin melanjutkan lagi. Atau bapak sudah
persiapkan beberapa modal usaha jika kamu ingin langsung bekerja. Kurasa ibu
dan bapak itu lebih peduli terhadapmu daripada mereka nak.
Jaka tertegun dan merenung
mendengar itu semua, ternyata fikirannya itu sangat sempit dan tak seluas ibu
bapaknya tentang masa depannya. Ternyata mereka lebih peduli dari yang. Ibu
Jaka terus menasehatinya lagi.
Ibu Jaka : Nak ibu
tak ingin kamu jadi anak yang hanya peduli ibu hanya Cuma beberapa hari saja
dalam setahun. Yang hanya pulang hanya seperti menengok ibu dan bapak. Ibu
takutnya nanti dimasa depanmu setelah berkeluarga kamu seperti orang-orang yang
hanya menengok ibunya ketika lebaran saja. Ibu tak ingin kedepannya punya anak
yang sukses yang setiap bulan mengirimkan segepok uang keibu bapaknya tapi
hanya sedikit sekali waktunya tersenyum langsung pada ibunya. Bukan itu nak
yang sangat ibu dan bapak harapkan. Ibu dan bapak hanya ingin punya anak yang
sangat menyayangi orang tuanya tak hanya lewat materi tapi benar-benar kasih
sayang langsung seperti yang pernah ibu dan bapak berikan kala kamu kecil
bahkan sampai sekarang ibu dan bapak masih ingin memberikannya.
Setelah mendengar kata-kata
nasehat dari ibunya itu Jaka jadi sangat merasa bersalah kepada orang tuanya.
Selama ini ia justru sangat mementingkan orang lain dari pada ibunya. Padahala
selama ini merekalah yang sangat menyayangi Jaka dengan tulus. Setelah itu Jaka
memutuskan untuk liburan seminggu penuh dirumah bersama keluarganya.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Dari cerita diatas kita bisa
merenungi betapa sering kesibukan-kesibukan telah melalaikan perhatian kita
pada orang tua kita. Hingga kita lupa bahwa sesungguhnya merekalah yang paling
berperan utama kita bisa jadi seperti sekarang ini. Bukan pacar-pacar kita,
bukan sahabat-sahabat kita, bukan ketua-ketua kita dan lain-lain. Mereka adalah
sosok-sosok yang menyayangimu paling tulus daripada orang lain. Tanpa banyak
meminta janji, tanpa banyak meminta bukti dan tanpa banyak mengeluh mereka
selalu setia membesarkan kita. Mereka orang yang selalu berdoa pada kita,
mendoakan kebaikan dan kesuksesan pada kita. Maka sebenarnya untuk hidup
bahagia ialah saat kita bisa membahagiakan orang tua kita. Dan satu hal lagi
yang sangat perlu diingat “Bagi dunia kita itu hanyalah seseorang, Tapi bagi
seseorang mungkin kita adalah dunianya”. Kita adalah dunia yang indah bagi ibu
bapak kita, maka agar tetap indah kita harus menjaga keindahannya.
---- Semoga Bermanfaat ----
0 Response to "Kerinduan untukmu anakku"
Post a Comment