Beberapa hari setelah
verifikasi yang telah aku lakukan untuk mengukuhkanku sebagai salah seorang mahasiswa di Universitas Negeri Semarang. Tiba lah suatu hari dimana aku
mendapatkan informasi, bahwa semua mahasiswa bidikmisi diwajibkan berkumpul di
auditorium Unnes untuk sebuah acara. Acara pengarahan tepatnya, pengarahan
untuk para mahasiswa baru bidikmisi. Aku pun datang tanpa ragu.
Langkahku pasti menuju auditorium Unnes, aku datang lebih
awal. Auditorium, sebuah tempat yang mengingatkanku kala pertama kali
menginjakan kaki di Unnes saat melakukan verifikasi. Teringat pula kala aku
harus berdesak-desakan dan antri sangat lama saat menjalaninya dulu, sembari
menahan lapar di perutku karena tak punya banyak uang di sakuku. Hari ini aku
dikumpulkan oleh pihak Unnes, tetapi untuk pengarahan sebagai mahasiswa
bidikmisi.
Memasuki ruangan auditorium,
sebuah tempat yang begitu sangat luas. Berupa aula besar yang mampu menampung
ribuan mahasiswa. Terlihat tiang-tiang besar di pinggirnya berwarna biru muda. Dikelilingi
dinding-dinding berkaca yang memaksa cahaya dari luar untuk tetap masuk. Kulihat
di dalamnya nampak jejeran kursi yang tersusun rapi. Serta nampak di depan
deretan itu beberapa buah papan nama petunjuk seukuran lima belas kali tiga
puluh centi meter, yang disangga sebuah tiang besi setinggi satu setengah
meter. Itu lah denah penunjuk yang berdiri sejajar delapan buah, yang bertuliskan
nama-nama fakultas. Seolah benda mati itu berkata padaku,
“Hai Agus, Duduklah di barisan kursi ini”
Kalimat itu
lah yang seolah dikatakan oleh sebuah papan nama yang bertulskan “Fakultas Ekonomi”.
Tak lain di deretan lainnya, bertuliskan
nama-nama fakultas lain bersanding
dengan fakultasku. Ku amati tulisan-tulisan di papan itu, “Fakultas Ilmu
Pendidikan” satu nama telah aku eja yang berada di ujung paling kiri deretan
kursi itu. Aku cermati tulisan di papan yang kedua, tertulis “Fakultas Bahasa
dan Seni”. Hingga nama fakultasku, “Fakultas Ekonomi” tepat di deretan ketujuh
dan yang ke delapan adalah fakultas Hukum.
Aku duduk di deretan kursi itu, beberapa
mahasiswa juga terlihat sudah duduk gelisah di deretan kursi yang sama denganku.
Aku yakin mereka adalah mahasiswa bidikmisi fakultas ekonomi sepertiku. Mereka
nampak diam gelisah sambil melihat-lihat sekelilingnya dengan tatapan keingintahuan,
tetapi ntah lah apa yang ada di fikiran mereka. Aku hanya berani sesekali memperhatikan
mereka. Terlihat pula dari mereka, suasana yang belum begitu akrab satu sama
lain. Hanya terlihat saling berjabat tangan untuk saling memperkenalkan diri.
“Aku, Agus Joko Prasetyo. Prodi
Pendidikan Ekonomi Administrasi Perkantoran”. Aku memperkenalkan diri kepada
mereka.
Lambat laun terlihat
mahasiswa-mahasiswa berjas kuning nampak mulai berdatangan memenuhi kursi yang
tersedia. Warna kuning, Itu adalah warna jas almamaterku. Sama seperti yang
dipakai para mahasiswa yang hadir di acara pengarahan itu. Deretan fakultasku
pun mulai terisi kursinya satu demi satu. Masih terlihat suasana yang belum
begitu akrab satu sama lain. Aku rasa karena memang kami baru saling kenal, tetapi
saat itu aku merasa senang sekali dikarenakan orang-orang yang ada di
sekelilingku adalah para pemuda seperjuangan sepertiku. Mereka adalah para
pemuda yang sama-sama memiliki latar belakang sepertiku. Para pemuda yang
mempunyai keterbatasan biaya tetapi memiliki prestasi hingga mempunyai semangat
tinggi untuk tetap belajar.
Di tengah suasana saling
berkenalan antar para mahasiswa itu, sambil menunggu acaranya dimulai. Aku
mengambil sebuah buku tulis, aku pegang bolpoinku. Aku tulis dalam lembar yang
kosong, aku tulis dengan ragu beberapa kata di bagian paling atas. “Mahasiswa
Bidikmisi Fakultas Ekonomi” kemudian di bawahnya aku tulis, ”No, Nama, Prodi,
Nomer HP”
Aku berinisiatif untuk mendata teman-teman baruku itu. Aku
berikan buku itu kepada teman-teman sekelilingku.
“Mohon diisi” Pintaku pada mereka.
“Apa ini?” Tanya mereka.
“Aku ingin tahu tentang biodata kalian, mohon diisi ya”
Jawabku sekenanya.
Mereka terlihat antusias mengisinya, satu persatu teman-teman
baruku yang berada di sekelilingku itu pun mengisinya. Kulihat masih sedikit yang
telah mengisinya, baru orang-orang yang berada di sekelilingku. Aku lihat masih
banyak sekali yang belum mengisi. Terutama adalah para wanita yang berada di
deretan belakang-belakangku, Mereka tak lain adalah para mahasiswi bidikmisi
fakultas ekonomi juga. Aku tak berani untuk meminta data mereka, aku tak begitu
percaya diri. Rasa sungkan dan minderku terhadap wanita muncul kembali. Terdiam
aku kala itu, diantara rasa minder dan keinginan untuk mengenal para wanita di
belakangku itu. Akhirnya seorang di sampingku ada yang mengambil bukuku dan
membawanya ke arah para mahasiswi itu, aku tahu namanya itu adalah Rendra
Saputra. Rendra nampak berani dengan begitu percaya diri membawakan buku tulis
itu,
“Ini mohon diisi, untuk mendata mahasiswa bidikmisi
fakultas ekonomi” terlihat dia begitu santainya mengatakan itu.
Aku jadi merasa kalah juga, kenapa aku tidak bisa seberani
itu. Berani mendatangi para mahasiswi bidikmisi itu. Aku serasa hanya bisa
mengandalkan orang lain. Rasa malu dan sungkan berhadapan dengan seorang wanita
masih saja mempengaruhiku dalam berinteraksi. Diam lamunanku terbuyarkan. Acara
pun di mulai, sambutan demi sambutan terdengar.
“Unnes!” terdengar suara lantang di depan podium.
“Sutera!!!” suara para mahasiswa bidikmisi menyambut kata
itu.
Kata-kata itu adalah sebuah jargon yang ada di kampusku,
yang telah di ajarkan kala masa PPA dulu. Kata Sutera, yang merupakan
kepanjangan dari Sehat, Unggul, Sejahtera. Itulah sebuah jargon yang menjadi
jati diri kampusku. Kemudian masih terdengar suara yang lantang di depan podium,
“Sutera”
“Yes” Mahasiswa bidikmisi kembali menyambut.
“Konservasi”
“Lanjutkan” Teriak mahasiswa bidikmisi lebih lantang.
Kampusku, merupakan kampus yang pada tahun 2010 memproklamirkan
diri sebagai kampus konservasi. Dengan delapan pilar, kampusku melabeli dirinya
dengan kampus konservasi.
Dalam acara pengarahan itu, kami mendapat berbagai nasihat
dan semangat. Di antaranya adalah nasihat dari Pak Masrukhi, beliau adalah Pembantu
Rektor Bidang Kemahasiswaan Unnes.
“Sungguh kalian merupakan mahasiswa yang hebat, terpilih
dari puluhan ribu yang mendaftar. Kalian adalah mahasiswa terpilih, tepuk
tangan buat kalian semua”
Kata-kata itu pun di sambut dengan riuh tepuk tangan para
mahasiswa bidikmisi termasuk aku. Aku larut dalam keharuan dan kegembiraan
karena bisa berkumpul dalam satu acara dimana banyak pemuda yang begitu
semangat. Mereka di sekelilingku adalah pemuda-pemudi pilhan bangsa. Mereka
adalah generasi baru Indonesia, generasi yang diharapkan mampu memutus rantai
kemisikinan yang ada. Aku lebih suka menyebut generasiku ini dengan sebutanku
sendiri yaitu sebagai “Generasi Emas Indonesia”
Acara pengarahan akhirnya selesai, banyak nasihat dan
informasi dari pihak Unnes yang aku dapatkan. Selain hal itu, aku pun dapatkan
suatu yang sangat istimewa. Tepatnya adalah aku dapatkan deretan sebuah tulisan
tangan yang ada di buku tulisku. Deretan nama-nama para mahasiwa bidikmisi
fakultas ekonomi yang tadi aku mintai dan dimintakan oleh Rendra. Puluhan nama
tertulis di buku itu, namaku tertera paling atas karena memang aku yang
mengawali. Sejenak aku pun berfikir, kurasa belum semuanya telah menuliskan
namanya di bukuku itu. Mungkin masih banyak yang belum menuliskannya, tetapi
suatu saat tentu aku akan bisa mendapatkannya. Aku begitu semangat, karena
mereka lah teman-teman seperjuanganku.
GORESAN HIKMAH
GORESAN HIKMAH
Pertama,
bertemu dengan seorang yang
seperjuangan dengan kita adalah suatu hal sangat mendamaikan hati kita. Rasa
senang begitu terasa di hati, karena kita merasa tidak sendiri menjalani hal-hal
yang akan kita hadapi selanjutnya. Kita
pun mampu lebih kuat karena merasa ada sosok lain yang mempunyai tujuan yang
sama seperti kita. Maka temukanlah orang yang seperjuangan dengan kita,
bertemanlah dengan mereka agar kita mampu lebih bersemangat jalani hidup ini.
Kedua, rasa tak percaya diri itu kadang dapat menghambat sebuah
hal yang ingin kita wujudkan. Seperti
halnya diriku yang sangat minder terhadap sosok wanita kala itu, padahal aku
sangat ingin mengenal para mahasiswi bidikmisi itu. Hal seperti itu hanya
contoh yang kecil. Walau sebenarnya sangat sederhana, percaya diri adalah suatu
kekuatan yang dapat sangat memaksimalkan kemampuan yang kita miliki. Hingga
kita harus memahami, kapan waktunya kita untuk menunjukkan rasa percaya diri kita
dan kapan waktunya untuk menahan rasa percaya diri kita. Supaya kita dapat
memaksimalkan kemampuan diri kita dengan tepat dan diwaktu yang tepat.
0 Response to "TEMAN BARU SEPERJUANGAN - Catatan Sang Bidikmisi ke-2"
Post a Comment