Seorang mahasiswa bidikmisi tak akan pernah lepas dari
yang namanya kewajiban untuk berorganisasi di dalam kampus, itu lah salah satu
poin yang harus aku laksanakan sebagai mahasiswa bidikmisi. Hal itu tertuang
jelas dalam surat kontrak mahasiswa bidikmisi yang telah aku tanda tangani di
atas materai enam ribu. Salah satu poin dari delapan poin kontrak itu berbunyi
bahwa setiap mahasiswa bidikmisi itu haruslah, “Aktif dan menjadi pengurus lembaga kemahasiswaan ditingkat Jurusan atau
Fakultas atau Universitas”. Aktif berorganisasi itu lah intinya, dan aku pun
harus melaksanakannya.
Saat awal-awal masa PPA dulu,
Unnes sudah mengenalkan berbagai lembaga kemahasiswaan atau
organisasi-organisasi yang ada dalam kampus. Oh banyak sekali kala itu, hingga
aku tak ingat satu persatu nama organisasi tersebut. Ada yang namanya BEM
singkatan dari Badan Eksekutif Mahasiswa. Ada HIMA, kepanjangan dari Himpunan
Mahasiswa. Ada DPM, singkatan dari Dewan Perwakilan Mahasiswa. Namanya keren
fikirku seperti DPR, mungkin ini adalah miniaturnya. Ada lagi yang
dikategorikan sebagi UKM, singkatan dari Unit Kegiatan Mahasiswa. UKM yang
dikenalkan banyak sekali. Dari yang bertemakan olahraga, bertemakan kesenian,
bertemakan karya ilmiah dan yang bertemakan keagamaan. Oh banyak sekali yang
ada di kampusku. Ada puluhan organisasi yang bisa aku ikuti, mungkin juga
ratusan jumlahnya. Aku pun jadi merasa bingung, aku harus ikut yang mana.
Malu
bertanya sesat di jalan, itu lah pepatah yang tepat jika aku tak berani
bertanya. Aku pun mulai bertanya-tanya kepada para kakak tingkat yang aku sudah
kenal.
“Mas Mbak, kalau organisasi
ini bergelut di bidang apa sih?”
“Mas Mbak, Kalau organisasi
ini bagaimana cara daftarnya?”
“Kalau yang ini baik nggak ya menurutmu?”
“Kalau yang ini cocok nggak
buatku?”
“Kira-kira aku dapat diterima
nggak ya di organisasi yang ini?”
Berbagai pertanyaan aku
lontarkan kepada
kakak tingkat yang aku rasa paham tentang keorganisasian. Mungkin mereka kala itu agak bosen juga meladeni mahasiswa baru sepertiku yang banyak tanya. Selain itu aku rajin mengumpulkan pamphlet-pamflet yang disebarkan oleh berbagai organisasi itu. Saat awal-awal masa kuliah, oh sangat banyak sekali aku dapatkan selembar dua lembar kertas terkait profil sebuah organisasi. Hingga aku pun mempunyai banyak tumpukan kertas berwarna-warni yang berisikan tentang berbagai organisasi itu. Bahkan ketika di jalan aku temukan sebuah lembaran yang memuat sebuah tulisan, maka aku ambil itu walau sudah diinjak-injak oleh orang lain. Seperti itu lah saking asyiknya diriku dibalik rasa keingintahuan. Selain seperti itu aku juga rajin sekali dalam membaca informasi yang ada di madding-mading kampusku. Walau sering kali tak terlihat rapi, antara kertas satu dengan kertas lain. Hampir semuanya saling bertumpukan tak beraturan, seolah saling berkata “Bacalah aku, yang lain lupakan saja”.
Sumber informasi yang begitu menarik tentu
adalah dari kakak tingkat yang pernah atau sedang mengikuti organisasi. Mereka
tentu lebih tahu dan lebih mengenal, dari pada sebuah kertas yang bertulisakan
banyak visi dan misi. Bisa saja dengan mudah tentunya tulisan-tulisan itu bisa
membodohi mahasiswa baru sepertiku yang masih lugu-lugunya. Mahasiswa baru yang
menempati tempat yang baru yangmasih awam terhadap banyak hal tentang kehidupan
kampus. Pertanyaan-pertanyaan pun silih berganti aku berikan kepada mereka
hingga aku puas. Banyak tanya maka tentu aku akan menemukan banyak jawaban.
Banyak mencari tahu tentu aku menemukan banyak pengetahuan baru, namun sayang
sungguh sayang aku sering menemui jawaban yang berbeda dari satu dua kakak
tingkat yang aku tanyai. Ntah lah kenapa jawaban mereka berbeda, aku kadang
justru kebingungan memilih jawaban siapa
yang memang itu jawaban yang benar.
Perbedaaan jawaban justru
kadang mengarah kepada jawaban yang negatif. Tak sedikit yang justru mengatakan
hal-hal yang buruk terhadap suatu organisasi yang aku tanyakn.
“Jangan ikut organisasi itu,
organisasi yang itu nggak baik buatmu”
“Jangan ikut yang itu,
orang-orang di dalamnya itu bisa membuatmu tak fokus kuliah”
“Jangan ikut organisasi ini,
bisa-bisa kamu akan seperti mereka”
Bla blab bla, ternyata banyak omongan
miring tentang organisasi-organisasi itu. yang aku temukan menunjukan bahwa
ternyata tak semua kakak tingkat itu tahu dengan semua organisasi. Bukan seorang yang teliti jika aku harus
percaya begitu saja dengan omongan-omongan negatif itu, karena dari sebagian
juga banyak yang mengatakan tentang kebaikan-kebaikan suatu organisasi yang aku
tanyakan.
“Lebih baik kamu ikut
organisasi ini, ini bisa mengembangkan dirimu di bidang ini”
“Organisasi ini baik buatmu,
bisa menambah softskill. Dunia kerja nanti tak hanya indeks prestasi yang
dibutuhkan, tetapi juga pengalaman berorganisasi”
“Ikut saja, nanti kamu bisa banyak teman dan penagalaman baru
disana”
Ada negatif tentu ada positif, namun untuk
mengetahui jawaban yang sebenarnya tak lain aku harus mengetahui sendiri dari
dalam. Aku tidak akan mengetahui dengan lebih dalam suatu kebenaran atau
keburukan di suatu organisasi, jika aku tak mengenalnya sendiri. Walau ada
banyak jawaban negatif, alasan pertanyaanku itu adalah kenapa banyak anggota
yang dimiliki suatu organisasi tersebut hingga tetap bertahan di dalamnya.
Tentu saja ada suatu hal atau mungkin banyak hal yang mereka anggap hal-hal
tersebut itu baik atau benar bagi mereka. Tentu saja tidak ada orang yang akan
bertahan pada suatu hal yang tidak disukainya atau tidak bermanfaat baginya.
Sebaliknya juga jika alasan itu positif, tentu itu menambah semangat buatku
untuk ikut dalam sebuah organisasi. Semangat, namun haruslah tak begitu percaya
begitu saja mentah-mentah menelan semua jawaban yang diberikan kakak-kakak
tingkat itu. Bisa saja itu hanya lah sebuah rayuan kata-kata untuk menarik
diriku untuk terpikat. Ya, aku harus ikut di dalam organisasi yang aku
inginkan.
Aku mulai mendaftar ke banyak organisasi kala itu, karena memang pada awal kuliah banyak sekali organisasi yang membuka magang atau langsung membuka perekrutan anggota. Aku pegang banyak form pendaftaran organisasi kampus. Aku tertarik dengan BEM Fakultas Ekonomi, UKKI (Unit Kegiatan Kerohanian Islam), KSEI (Kelompok Studi Ekonomi Islam), Eksis Rohis Fakultas Ekonomi, Himpunan Mahasiswa Pendidikan EKonomi, dan yang tak ketinggalan adalah IMP yaituorganisasi perkumpulan mahasiswa dari kabupaten Pati. IMP kepanjangan dari Ikatan Mahasiswa Pati.
Aku mengikuti berbagai
rangkaian tes rekrutmen itu. satu persatu aku ikuti dengan semangat, walau
sering kali harus menyita waktu hari liburku. Hingga banyak dari temanku yang
mengatakan,
“Agus, kamu beneran pengen
daftar sebanyak itu?”
Aku tak banyak jawaban, namun setelah itu
aku tersadar tak mungkin juga akan ikut organisasi sebanyak itu. Jika diterima
semua, bisa saja waktuku sangat tersita untuk berorganisasi dan tentu itu
sangat melelahkan. Alur perekrutan yang menyenangkan juga dan juga menegangkan.
Aku banyak di wawancarai tentang diriku, ah seperti apa diriku saja aku belum
paham. Pertanyaan itu justru lebih sulit dari soal tes yang diberikan kala
ujian. Lewat secarik dua carik kertas pendaftaran juga aku tuliskan tentang
profil firiku. Paling mudah diantaran jika ditanya apa hobiku, ya dengan jelas
aku jawab sepak bola. Diantara pertanyaan yang sulit yang diatanyakan adalah
ketika ditanya,
“Coba
sebutkan apa saja sifat-sifat positif yang dimiliki seorang Agus?”
Atau pertanyaan sebaliknya dari itu,
“Coba sebutkan apa saja
sifat-sifat negatif yang dimiliki seorang Agus?”
Ah kenapa pertanyaan seperti itu muncul,
bukannya ditanyai tentang pengetahuanku. Mungkin itu adalah cara menggali lebih
detail tentang kepribadianku, supaya bisa dinilai apakah layak gabung di
organisasi tersebut atau tidak. Kadang bukannya tidak bisa menjawab, tetapi aku
juga masih ragu dengan sifat-sifatku. Aku juga takut akan mengatakan yang salah
mengenai diriku, karena kadang yang aku nilai itu berbeda dengan apa yang orang
lain nilai. Aku pun juga kadang malu jika harus mengatakan seperti apa diriku,
malu jika itu jelek atau sebaliknya malu saat sifat itu baik. Rasa sungkan
seperti terasa menyombongkan diri. Dari berbagai prosesi wawancara itu pun
secara tidak langsung aku pun menyadari ternyata aku belum mengenal diriku
sendiri, padahal umurku sudah belasan tahun seperti itu bahkan mendekati angka
20. Berbagai tahapan pererkutan yang aku ikuti, akhirnya aku hanya dapat
bergabung dalam beberapa organisasi. Aku diterima di Himpuanan Mahasiswa
Pendidikan Ekonomi, diterima di Eksis Rohis FE Unnes, dan bergabung dengan
Ikatan Mahasiswa Pati.
Ternyata
dalam organisasi itu tidak semua yang dikatakan oleh kakak-kakak kelas itu
benar, dan juga tidak pula yang dikatakan kakak-kakak itu salah. Kini setelah
aku berkecimpung di dalam sebuah organisai, aku mulai tahu yang sebenarnya.
Memang sering kali seseorang itu melihat suatu hal itu dari kulitnya, padahal
isinya kadang kala belum tentu tergambar oleh kulitnya. Maka tepatlah sebuah
peribahasa, janganlah menilai suatu buku dari sampulnya. Kita baru akan tahu
dan bisa menilai jika sudah membaca isinya.
Pada semester-semester
berikutnya, tambah dan berganti lagi ikut organiasi. Ikut bergabung dalam Badan
eksekutif Mahasiswa dan juga Komunitas Ilmiah Mahasiswa Ekonomi atau lebih
dikenal dengan KIME FE. Serta ada lagi satu yang memang sebenarnya sudah dari
awal semester satu yaitu sebuah organisasi perkumpulan mahasiswa bidikmisi di
faklutas ekonomi yaitu Ikatan Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ekonomi Unnes. Aku
terbiasa menyingkatnya menjadi IMBISI FE UNNES. Sebuah organisasi yang paling
aku sukai dan paling berkesan buatku.
0 Response to "KEWAJIBAN BERORGANISASI BAGI BIDIKMISI, WHY NOT? - Catatan Sang Bidikmisi Ke-8"
Post a Comment