Pada suatu hari kudapatkan sebuah
pengumuman,
“Seluruh mahasiswa bidikmisi Fakultas Ekonomi
diwajibkan berkumpul di ruang rapat Fakultas Ekonomi”.
Pengumuman yang dikhususkan untuk mahasiswa
sepertiku, penerima bidikmisi. Aku pun dengan senang hati menyebarkan informasi
itu dengan mengirimkan sms lewat handphone jadul yang aku miliki. Dengan
modal buku tulisku yang telah tertera puluhan nomer telepon yang dulu pernah
aku minta saat berkumpul di auditorium. Aku sms teman-temanku itu satu persatu,
aku tak peduli apakah mereka sudah tahu infromasi itu atau belum. Bagiku, aku
hanya berusaha memberi tahu mereka. Pengumuman tersebut dengan cepat menyebar
sesama mahasiswa bidikmisi fakultas Ekonomi. Hal itu karena aku tulis di dibawah
smsku itu sebuah permintaan untuk memberitahukan juga untuk teman-teman yang
lain. Hal itulah dimana masa awal-awal aku mulai memberikan dan membagiakan
informasi lewat sms. Sebuah pesan berantai yang aku harapkan mampu diterima
seluruh mahasiswa bidikmisi.
Hari itu pun datang, di sebuah ruangan sekitar
delapan kali lima belas meter kami berkumpul. Hal ini adalah kali pertama
mahasiswa bidikmisi fakultas ekonomi dikumpulkan dalam satu ruangan di fakultas
ekonomi. Dalam ruangan itu terlihat lingkaran meja besar yang memanjang. Di samping
meja terlihat kursi-kursi yang telah tertata mengitari meja itu secara rapi. Kursi-kursi
itu lah yang disediakan untuk tempat duduk kami. Teman-temanku satu persatu
memasuki ruangan, satu per satu kursi itu pun terisi. Hingga akhirnya dalam ruangan
itu pun terdengar suara obrolan antar sesama mahasiswa bidikmisi. Kami saling
bertanya, apa gerangan hingga kami dikumpulkan di ruangan itu.
Beberapa menit pun berlalu, hingga
datanglah dua orang yang berpakaian rapi. Satu laki-laki dan satu perempuan. Kami
pun terdiam setelah dua orang itu memasuki ruangan. Diam kami akhirnya
terbuyarkan setelah sang laki-laki yang nampak sangat berwibawa itu mengucapkan
salam kepada kami. Laki-laki itu adalah Dekan Fakultas Ekonomi. Pemimpin
tertinggi di fakultasku. Setelah satu dua patah kata, kemudia beliau
memperkenalkan seorang wanita yang duduk di sampingnya itu,
“ini Adalah ibu Lesta Karolina, dosen yang
akan menjadi pendamping kalian sebagai mahasiswa bidikmisi”
Sebuah senyum keluar dari wajah sosok wanita itu
dengan manis. Menyapa kami yang dari tadi penasaran. Ternyata kami para
mahasiwa bidikmisi akan di dampingi oleh seorang dosen. Hal ini berarti memang
kami akan benar-benar diawasi dan dipantau sebagai penerima beasiswa bidikmisi.
Setelah itu Pak Dekan yang aku ketahui namanya adalah Bapak Agus Wahyudin itu
pun lagi-lagi mengucapkan selamat kepada kami, karena kami telah terpilih menjadi
mahasiswa bidikmisi. Tak lupa beliau pun banyak menasehati kami dan menerangkan
posisi kami sebagai mahasiswa bidikmisi. Kami pun terdiam sambil mengangguk-angguk
dengan lugunya mendengarkan apa yang disampaikan oleh Pak Agus itu. Selanjutnya
beliau pun berkata,
“Saya ingin mahasiswa-mahasiswi bidikmisi
fakultas Ekonomi ini mempunyai sebuah organisasi, organisasi yang terdiri dari
kalian semua”.
Kami pun hanya mengangguk-angguk saja menyutujuinya. Aku
teringat pula, mungkin ini adalah bagian dari organisasi bidikmisi di tingkat
Unnes. Sebelumnya, pernah kami dikumpulkan di auditorium Unnes untuk mengikuti
sebuah acara. Dalam acara tersebut dibentuklah suatu organisasi bidikmisi di
tingkat universitas. Setiap fakultas mewakilkan lima orang dalam organisasi
itu. Saat pembentukan di tingkat Unnes itu, beberapa temanku pun mengajakku untuk maju mewakili
fakultas ekonomi, namun aku tak beranjak dari tempat dudukku kala itu untuk
maju ke depan. Terbayang olehku saat itu, aku akan terjun ke dalam organisasi
bidikmisi di tingkat fakultas saja. Walau saat itu belum ada organisasi
bidikmisi tingkat fakultas. Ntah kenapa hal itu terfikirkan olehku, aku saat
itu merasa jika berorganisasi di fakultas maka aku bisa lebih dekat dengan
teman-temanku. Berbeda jika berorganisasi di tingkat universitas. Akhirnya organisasi bidikmisi ditingkat
Universitas itu pun terbentuk dengan nama Unnes Scholarship Community.
Pak dekan pun selesai berbicara, setelah
itu giliran sang dosen wanita disampingnya yang berbicara kepada kami semua. Bu
lesta, seperti Pak Dekan beliau banyak menerangkan kepada kami apa itu
mahasiswa bidikmisi. Beliau pun menerangkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
kami sebagai mahasiswa bidikmisi di fakultas ekonomi ke depan. Selanjutnya
beliau berkata,
“Sesuai saran dari Pak Dekan, mari kita
bentuk organisasi bidikmisi di fakultas Ekonomi ini sekarang”.
Kami pun menggangguk-angguk seperti tadi.
“Pertama, apa nama organisasi yang akan
kalian bentuk?” tanya beliau.
Sejenak kami terdiam, kami saling toleh menoleh satu
sama lain. Seolah saling bertanya tanpa berkata, hingga selanjutnya terdengar
bisikan-bisikan antar sesama mahasiswa bidikmisi di ruangan itu. Aku hanya diam
saja tak berani mengusulkan apa-apa, hanya coretan-coretan kata yang coba aku
rangkai menjadi singkatan untuk menamai organisasi bidikmisi fakultasku itu.
Tiba-tiba mulai terdengar suara dari salah satu mahasiswa bidikmisi,
“Saya punya usul bu’, bagaimana kalau nama
organisasinya kita samakan dengan organisasi bidikmisi di tingkat Unnes?
Bagaimana kalau namanya USC FE?”. Usul salah seorang mahasiswi, Siti Nur
Halimah.
“Apa itu USC FE?” Tanya Bu Lesta.
“USC singkatan dari Unnes Scholarship
Community Bu’”. jawabnya menjelaskan.
“Oh bagus kalau seperti itu, kita tinggal
menambahi kata Fakultas Ekonomi di belakangnya.” Bu Lesta nampak setuju.
Namun dari sebagian peserta yang hadir nampak kurang
menyetujui nama tersebut, begitu juga denganku. Menurutku nama Unnes
Scholarship Community itu belum mewakili mahasiswa bidikmisi. Unnes
Scholarship Community berarti komunitas beasiswa Unnes. Hal itu masih
bersifat umum bagi seluruh penerima beasiswa yang ada, tidak terkhusus untuk
para mahasiswa bidikmisi.
Bu lesta melihat keraguan kami tentang nama
USC FE itu, beliau pun akhirnya menunda membahas nama organisasi yang akan
dibentuk itu. Beliau kemudian berkata lagi,
“Sebuah organisasi harus mempunyai seorang
ketua, sekretaris dan juga bendahara. Sekarang saya ingin dari kalian ada yang
mengajukan diri menjadi ketua. Siapa yang ingin jadi ketua?” Tanya bu Lesta.
Tak ada satu pun mahasiswa bidikmisi di ruangan itu
yang berani mengajukan diri. Semuanya terdiam, semuanya justru mulai menundukan
pandangan kebawah. Seolah mencegah Bu Lesta untuk bisa memandang wajah kami.
“Siapa yang mau mengajukan diri. Kalian kan
seorang mahasiswa bidikmisi, jadi harus berani dong!”. Bu lesta memancing
keberanian kami.
Tetap saja semuanya masih terdiam lesu, nampak satu
sama lain saling berbisik, “Kamu saja, kamu saja yang mengajukan diri”. Aku
pada saat itu berfikir sambil tertunduk dalam diamku. Akankah aku mengajukan
diri menjadi ketua organisasi bidikmisi di fakultas Ekonomi. Ini kesempatan
besar buatku untuk menjadi seorang pemimpin. Mungkin dengan ini aku bisa
menjadi orang yang lebih berarti di antara teman-temanku. Bisa berkontribusi
untuk bidikmisi di fakultasku. Aku diam dalam kegundahan dan kegelisahan yang semakin
menjadi. Aku merasa sangat ingin jadi ketua saat itu, namun semuanya juga
berbanding dengan rasa takut dan tak percaya diri yang menghinggapiku.
Kegelisahanku terbuyarkan oleh suara Bu Lesta yang bertanya kembali,
“Siapa yang mau mengajukan diri?” tegas
beliau.
Sungguh aku ingin mengangkat tanganku dan berkata
“Saya Bu’”, detik-detik waktu itu terasa bermakna sekali buatku. Aku pandangi
teman-teman sekelilingku, jika aku tidak berani mengangkat tanganku maka tentu
sebentar lagi ada tangan lain yang terangkat. Tentu ada temanku juga yang
sangat ingin jadi ketua. Aku berusaha meyakinkan diri untuk mengangkat tanganku
dengan segera, terdengar suara Bu Lesta yang semakin mempertegas pertanyaannya.
Dalam hatiku begitu binggung, “Agus ayo Agus!! beranikan dir!!i”. Hingga
akhirnya Bu Lesta pun berkata,
“Ya sudah, kelihatannya dari kalian tidak
ada yang berani mengajukan diri menjadi ketua”
Mendengar hal itu, serasa pupus harapanku untuk
mengangkat tanganku. Kenapa aku tidak menggunakan kesempatan itu
sebaik-baiknya. Menyia-nyiakan hal itu begitu saja. Selanjutnya Bu Lesta
berkata lagi,
“Karena
tidak ada yang mengajukan diri. Sekarang saya minta dari kalian untuk
mengusulkan salah satu nama untuk menjadi ketua. Kalian tentu sudah cukup
mengenal teman-taman kalian ini, walau baru beberapa bulan bersama.”
Seperti halnya tadi, kami pun saling toleh menoleh
antar satu sama lain. Kira-kira siapa yang akan kami usulkan menjadi ketua. Aku
pun bingung aku harus mengusulkan siapa kali ini. Tiba-tiba terdengar suara
dari salah seorang mahasiswa, namanya adalah Ahmad Abdul Syukur. Seorang teman
baruku yang berasal dari Jepara.
“Saya
mengusulkan Agus Joko Prasetyo Bu’” jelas ia berkata.
Aku
pun terkaget mendengar usulannya. Setelahnya, kemudian Rendra pun juga
menyetujui usulan dari temanku yang biasa aku panggil Syukur itu tadi. Tak
berselang lama sebagian besar mahasiswa bidikmisi yang ada di ruangan itu pun
menyetujui usulan Syukur. Pertama aku heran kenapa mereka mengusulkan namaku.
Aku merasa mereka juga belum tahu seperti apa pribadiku. Mereka belum tahu
seperti apa sifat-sifatku. Mengapa mereka begitu saja mempercayaiku. Kemudian
baru aku ketahui setelah diantara mereka berkata,
“Ya
kamu aja Gus, kamu juga yang selama ini sering memberikan informasi kepada
kami”.
Menurutku, mungkin karena sebelum pertemuan di ruangan
itu aku sering memberikan sms informasi kepada teman-temanku para mahasiswa
bidikmisi fakultas Ekonomi. Terkait berbagai hal tentang bidikmisi, sehingga
saat itu mereka menganggap bahwa aku telah menunjukan kontribusi terhadap
mereka. Ya sejak saat aku memiliki nomer-nomer telepon mereka yang tertulis di
buku tulisku saat itu. Aku sering mengirimkan sms kepada mereka, hingga
diantara para mahasiswa bidikmisi di ruangan itu aku lah yang paling banyak dikenal.
Akhirnya
aku pun terpilih menjadi ketua mahasiswa bidikmisi di fakultas ekonomi. Aku
senang, tanpa aku mengangkat tangan pun akhirnya aku menjadi ketua. Selanjutnya
terpilih pula sekretaris untuk organisasi itu adalah Raeni seorang mahasiswa
dari progam studi pendidikan akuntansi. Khusaeni sebagai bendahara yang juga
satu progam studi dengan raeni. Terpilih pula enam koordinator dari setiap
progam studi yang ada di fakultas ekonomi. Syukur temanku tadi menjadi
koordinator progam studi Ekonomi Pembangunan. Rendra pun menjadi koordinator
progam studi Manajemen. Kemudian ada Zaenul Qomar menjadi koordinator progam
studi Pendidikan Akuntansi. Fahmi Ulin NI’mah menjadi koordinator progam studi
Pendidikan Administrasi perkantoran. Mohammad Faid Akhsan menjadi koordinator
progam studi Akuntansi dan yang terakhir adalah Ninda Habibah yang menjadi
koordinator progam studi Pendidikan Koperasi. Kedelapan orang itu lah yang akan
menjadi temanku untuk membangun organisasi bidikmisi fakultas ekonomi.
Berselang beberapa hari setelah pertemuan
itu, aku mulai memikirkan nama
organisasi yang tepat untuk organisasi yang pertama kali aku ketuai di Unnes
itu. Aku mulai bertanya-tanya kepada para mahasiswa bidikmisi fakultas ekonomi.
Banyak usulan nama yang aku terima, namun yang paling menarik perhatianku
adalah sebuah nama yang diusulkan oleh mahasiswi progam studi Pendidikan
Administrasi prekantoran bernama Dewi Sukmawati. Dia mengusulkan sebuah nama yaitu
IMBISI, akronim dari Ikatan Mahasiswa Bidikmisi. Nama itu pun aku bahas kepada
teman-temanku berdelapan yang telah menajdi pengurus itu, mereka pun
menyetujuinya.
Langkah
berikutnya aku pun menemui Bu Lesta dan juga Pak Agus. Aku sampaikan nama organisasi yang telah kami
sepakati. Alhamdulillah, mereka berdua menyutujui nama yang kami usulkan itu.
Sejak saat itu lah nama organisasi yang pertama aku pimpin itu bernama Imbisi
FE Unnes, Ikatan Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang. Sebuah organisasi yang terdiri dari para mahasiswa bidikmisi di
fakultar ekonomi. Organisasi yang terdiri dari teman-teman seperjuanganku.
Kebersamaanku bersama mahasiswa bidikmisi fakultas ekonomi
sudah beranjak ke semester tiga kuliahku. Kini aku mempunyai adik angkatan
mahasiswa bidikmisi pula. Terfikirkan olehku pada saat masa-masa awal aku menjadi
mahasiswa baru bidikmisi. Masa-masa awal aku menjadi seorang mahasiswa penerima
beasiswa yang polos dan lugunya berada di lingkungan baru. Aku ingat betapa
bingungnya aku kala itu bagaimana menjadi penerima beasiswa bidikmisi itu. Saat
itu tak ada kakak angkatan yang bisa aku contoh. Hingga aku berfikir pada saat itu, apa yang
bisa aku lakukan untuk adik-adik angkatanku yang bidikmisi itu. bagaimana aku
bisa membantu mereka, agar mereka lebih siap menjadi bidikmisi. Tak mengalami
kebingungan seperti yang aku rasakan dahulu.
Pada
suatu hari aku mengundang seluruh mahasiwa bidikmidi fakultas ekonomi seangkatanku
untuk berkumpul. Namun hanya sebagian saja yang bisa berkumpul saat itu. Aku
jelaskan maksudku mengumpulkan mereka.
“Kawan-kawan,
aku ingin mengadakan acara untuk adik-adik bidikmisi yang baru. Apakah kalian
setuju. Kita gunakan uang iuran kita yang rencananya untuk buka bersama, kita
alihkan untuk acara ini. Mungkin kita bisa membantu adik-adik kita untuk
mengetahui seluk beluk sebagai mahasiswa bidikmisi di Unnes melalui pengalaman
yang telah kita alami”. Terangku untuk mengajak mereka.
Mereka pun setuju dengan usulanku itu, aku
mulai tuangkan ideku dalam acara yang akan kami buat itu. Kebetulan saat itu bertepatan
dengan masa-masa setelah lebaran. Acaranya
pun kami namai dengan “Silaturrohim dan Halal Bihalal Mahasiswa Bidikmsi
Fakultas Ekonomi”. Aku ceritakan kepada teman-temanku yang berkumpul itu
bagaimana konsepan acaranya. Inti dari acara itu adalah untuk mengenalkan dunia
bidikmisi di Unnes. Teman-temanku itu terlihat bersemangat untuk mengadakan
acara itu. Walau itu adalah acara besar pertama yang akan kami buat. Niat untuk
membantu adik-adik seperjuangan itu pun mengalahkan keterbatasan kami sebagai
mahasiswa baru. Hingga terbentuklah sebuah kepanitian yang diketuai oleh
seorang mahasiswa bidikmisi dari Kendal, Rizal Agung. Dengan sekretaris seorang
mahasiswi dari prodi Pendidikan Akuntasi bernama Laela Meni’ Nur Chasanah.
Kami pun mulai mengurus bebagai
perlengkapan acaranya, menyusun acaranya, meminjam berbagai peralatan, meminjam
ruangan untuk acara yang akan menampung banyak mahasiswa bidikmisi. Rizal dan
Meni’, aku memanggil mereka. Bersama mereka aku kesana kemari mengurus berbagai
hal tentang perizinan. Serta banyak teman yang lainnya yang memepersiapkan
kebutuhan lain. Sebagai acara formal pertama yang kami lakukan, tentu hal itu
adalah sebuah pengalaman tak terlupakan bagi kami. Apalagi jumlah adik angkatan
saat itu sangat besar. Aku tahu jumlah yang telah diumumkan sebesar 176 mahasiswa
bidikmisi baru di Fakultas Ekonomi pada tahun 2011 itu. Jumlah yang sangat
besar dibandingkan angkatanku di tahun 2010 yang hanya berjumlah 58 mahasiswa. Sebelum
konsep acara silaturrohim itu aku buat dengan teman-temanku, sebelumnya aku
juga bersusah payah berusaha mendapatkan biodata adik-adik angkatanku. Saat
awal masuk penerimaan mahasiswa baru, kala prosesi ospek atau di Unnes lebih
dikenal dengan PPA (Program Pengenalan Akademik). Aku berinisiatif datangi
panitianya, aku meminta para adik angkatanku untuk mengisi form biodata yang aku
dan teman-temanku sediakan. Ternyata hal itu bermanfaat bagi acara silaturrohim
itu juga. AKu dapat menginformasikan acaranya dengan mudah lewat sms kepada
adik-adik angkatanku.
Hari H acara itu pun akhirnya tiba. Pagi-pagi
sekali, walau pagi nampak masih begitu gelap. Dingin udara pun masih terasa
merasuk menembus jaket yang terpakai. Aku dan tiga temanku, Khusaeni, Arif dan
Syahirin pergi memacu motor ke Pasar Ungaran. Kami mengambil makanan kecil yang
berupa jajanan pasar yang akan kami suguhkan untuk para adik angkatan. Makanan
yang telah aku pesan dulu bersama Rizal. Tak aku sangka setelah sampai di Pasar
Ungaran, aku lupa dimana tempat penjual yang dulu aku pesani makanan itu. Aku
bingung, tiga temanku justru semakin bingung. Saat itu Rizal tidak ikut, aku
pun bingung harus bertanya siapa. Sedangkan terlihat banyak sekali penjual yang
terlihat menjajakan makanan. Ternyata aku bingung arah, tak tahu mana selatan
mana utara. Bingung antara timur dan mana arah barat. Aku ingat bahwa ketiga
temanku itu mengajakku masuk pasar dari pintu yang berbeda dengan Rizal.
Mungkin itu lah penyebabnya, anehnya aku pun mengajak ketiga temanku untuk
keluar pasar lagi dan mengajaknya masuk lagi lewat pintu yang berbeda. Akhirnya
setelah masuk dari pintu yang sama dengan Rizal, aku pun menemukan lokasi
penjualnya.
“Oh itu dia penjual tempat aku memesan”.
kataku kegirangan.
“Gus Agus, itu kan penjual yang tadi di
samping kita saat kebingungan”. Kata khusaen sambil menghela nafas.
Aku pun agak merasa malu dengan mereka, ternyata
kebingunganku tentang arah mata angin membuatku sulit menemukan penjual yan aku
temui dulu. Temanku bertiga itu nampak senyum-senyum membuat seketika kami
tertawa karena keanehanku itu. Akhirnya setelah sampai di penjualnya, kami pun
membawa beberapa dus makanan yang segera kami bawa menuju Unnes.
Beberapa jam berlalu setelah sampai di
Unnes. Setelah berbagai persiapan yang dilakukan, aku melihat kursi-kursi yang
telah kami tata rapi itu mulai terisi satu demi satu oleh mahasiswa bidikmisi
angkatan 2011. Hingga seiring waktu mendekati acara dimulai, jejeran kursi itu
mulai terpenuhi. Nampak wajah-wajah lugu mahasiswa baru bidikmisi fakultas
ekokonomi di depanku. Wajah seperti itu lah yang yang persis sama dengan
ekspresiku pada saat menjadi mahasiswa baru bidikmisi. Wajah-wajah yang
mengekspresikan keingintahuan tentang bagaiamana harus menjadi seorang
mahasiswa bidikmisi di Unnes.
Di luar ruangan, nampak teman-teman
seangkatanku sedang sibuk mempersiakan segala persiapan untuk suksesnya acara.
Di samping ruangan nampak dua buah meja yang diletakkan sejajar di sebelah kiri
pintu ruangan. Di atas meja itu nampak tumpukan kardus-kardus kecil berwarna
putih berisi makanan dari pasar tadi. Kami menyusunnya sendiri, kami lakukan
untuk menghemat pengeluaran dari pada memesan makanan langsung beserta
kardusnya yang biasanya dikenakan biaya hampir dua kali lipat. Kardus putih kecil
itu akan kami berikan untuk adik-adik angkatan. Kami berikan itu dengan cuma-cuma,
semua dana berasal dari iuran kami. Semua nampak dengan senang hati menyibukkan
diri, banyak yang saling membantu. Pada saat itu memang seluruh mahasiswa
bidikmisi fakultas ekonomi angkatan 2010 aku minta selurunya untuk menjadi
panitia tanpa terkecuali.
Acara pun di mulai, sang pembawa acara
membacakan susunana acara pada siang itu. Syukur dan Fahmi yang saat itu
menjadi pembawa acara. Dua koordinator
mahasiswa bidikmisi dari dua prodi yang berbeda yang sekarang berkolaborasi
memandu jalannya acara. Sambutan demi sambutan pun berjalan dengan lancar. Hingga
tiba lah giliranku untuk berbicara di depan hampir dua ratus mahasiswa itu. Acara
inti untuk mengenalkan seluk beluk dunia bidikmisi itu, aku lah yang
memandunya. Ini pertama kalinya aku berbicara cukup lama di depan mahasiswa
sebanyak itu. Aku mulai menceritakan kehidupan sebagai mahasiswa bidikmisi di
Unnes itu seperti apa. Aku memberikan semangat kepada mereka. Namun aku tak
sendiri kala memberikan semangat dan cerita itu. Saat aku berbicara tentang
prestasi, aku pun memanggil teman-temanku bidikmisi yang punya prestasi tinggi
di fakultas ekonomi. Kala berbicara tentang organisasi, aku pun memanggil
teman-temanku yang aktif berorganisasi. Semuanya saling melengkapi.
Akhirnya acara itu pun selesai dengan baik.
Kami pun senang bisa melaksanakan acara pada hari itu. Walau kami juga
menyadari masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan acara itu. Maklum dari kami
semua adalah mahasiswa yang baru menginjak semester tiga. Masih baru-barunya
dalam berorganisasi. Kami pun saling memaklumi kesalahan dan kekurangan yang
kami buat. Bagi kami yang penting acara itu telah terlaksana dan kami bisa
menyampaikan banyak hal dan pengalaman sebagai mahasiswa bidikmisi di Unnes
selama dua semester sebelumnya. Hingga hal itu bisa menjadi bahan pelajaran
bagi adik-adik kami yang baru masuk itu,
mahasiswa bidikmisi fakultas ekonomi angkatan 2011.
UNTAIAN HIKMAH
Kedua, sering
kali kita tak bisa menyangka apa manfaat dari perbuatan-perbuatan yang telah kita
lakukan. Aku tak tahu ternyata perbuatanku dalam memberikan sms informasi kepada
teman-temanku mahasiswa bidikmisi telah membuatku lebih dikenal oleh mereka,
hingga akhirnya aku justru dipilih untuk menjadi ketua mereka. Aku menyadari
bahwa ternyata semua perbuatan yang telah kita lakukan di masa lalu dapat
berimbas dan memberi manfaat di masa yang akan datang. Cepat atau lambat Allah
akan memberikan efek dari perbuatan kita. Maka bagi kita, alangkah sebaiknya
kita selalu berbuat yang baik-baik pada sesama. Niscaya Allah akan membalas
kebaikan kita, bahkan sering kali melebihi apa yang telah kita lakukan. Jika
kita terlanjur berbuat yang burukdi masa lalu, maka sebenarnya tak ada kata
terlambat untuk memperbaiki perilaku kita. Sebelum nyawa ini masih dipercayakan
kepada kita, berarti kita masih diberi kesempatan untuk memperbaiki hidup kita.
Ketiga, Ketika kita bisa menyadari posisi yang kita miliki dan bisa menyadari situasi dan kondisi yang telah kita alami, maka kita bisa berfikir apakah kita bisa bermanfaat untuk orang lain yang sedang mengalami apa yang telah kita alami di masa lalu itu. Dengan berbagai pengalaman yang telah kita miliki tentu kita bisa membantunya. Namun kadang kita juga berfikir, “kita bukan lah orang yang bisa dikatakan sukses atau berhasil, ngapain sok ingin membantu?”. Menurutku setiap orang itu bisa membantu orang lain lewat pengalamannya, baik itu pengalaman keberhasilan atau pengalaman kegagalan. Pengalaman keberhasilan yang kita miliki dapat menginspirasi orang lain, sedangkan pengalaman kegagalan kita bisa membuat orang lain untuk belajar supaya tak akan gagal lagi seperti kita. Jadi pengalaman yang kita miliki itu sebenarnya sangat berguna bagi orang lain, tinggal kita mau bercerita untuk mereka atau kita diam saja tak berbuat apa-apa.
0 Response to "IMBISI FE UNNES - Ikatan Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ekonomi Unnes - Catatan Sang Bidikmisi ke-9"
Post a Comment