Malam ini aku
kenakan toga, bergaya mencobanya untuk acara wisuda besok pagi. Sebuah jubah
panjang selutut yang hampir menutup seluruh tubuhku. Hitam warnanya berpadu
dengan hiasan warna hijau di bagian lehernya. Serta terselempang sebuah shamir
kuning bertuliskan “WISUDA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG”, dengan sebuah
lempengan logo Unnes berwarna kuning emas yang menambah gagah rasanya kala
memakainya. Membuatku tersenyum sendiri malam ini di kamarku. Semua ini dahulu
adalah mimpi, namun besok pagi akan jadi kenyataan. Ya, insya Allah hari rabu besok aku akan diwisuda
menjadi seorang sarjana.
Segala puji bagi
Allah yang telah memberikan kesempatan bagiku untuk kuliah, anugerah yang
begitu besar. Suatu jalan yang tak terduga bagiku sebagai seorang anak yang
pernah putus sekolah. Pernah mencicipi panasnya terik matahari di tengah
hamparan pasir di pedalaman hutan Kalimantan, berpadu dengan kucuran keringat
yang tiap hari keluar kala tulang belulang tubuhku bekerja keras mencari uang. Sungguh
kesempatan yang tak semua pemuda bisa menerimanya sepertiku, aku diberi
kesempatan oleh Tuhanku untuk kuliah.
Segala puji bagi
Allah, Tuhan Yang Maha kuasa lagi Maha Perkasa. Dzat yang telah memberiku
kekuatan selama empat tahun ini, hingga aku bisa menyelesaikan kuliahku. Perjalanan
empat tahun sebagai seorang mahasiswa, tepatnya seorang mahasiswa penerima
beasiswa bidikmisi. Sebuah beasiswa yang telah mengantarkanku untuk bisa
menuntut ilmu di jenjang perguruan tinggi. Empat tahun, sungguh perjalanan yang
penuh dengan suka duka. Begitu banyak peristiwa, kenangan, pengalaman dan tentu
banyak hikmah berharga yang aku dapatkan.
Malam ini mulai
aku putar rekaman perjalananku selama empat tahun menjadi mahasiswa. Layaknya
sebuah proyektor besar yang terpampang jelas di ingatanku. Teringat kala dulu
masih menjadi mahasiswa baru, aku seorang anak laki-laki dari pelosok desa yang
begitu polosnya melangkahkan kaki di kota Semarang. Bertemu dari para mahasiswa
baru dari seluruh pelosok negeri, aku merasa sangat beruntung. Teringat kala
aku memakai seragam hitam putih yang diwajibkan untuk mahasiswa baru, celana hitamku
kedodoran karena besar ukurannya yang merupakan celana kakakku yang aku pinjam.
Baju putihku kala itu tak bisa dikatakan putih karena lecek dan terlihat kusam,
menandakan baju lama yang telah bertahun-tahun disimpan di lemari. Namun besok
semua akan terganti, aku sudah punya baju baru berwarna putih dibalik toga yang
akan aku kenakan.
Setelah hari
besok berlalu mungkin semuanya akan menjadi kenangan yang tak terlupakan.
Masa-masa saat aku duduk di deretan bangku kuliah bersama teman-temanku di
PAPER B. Masa-masa saat aku begitu serius mendengarkan dosen yang sedang
ceramah. Masa-masa saat aku tertidur di bangku tanpa rasa bersalah, karena sang
dosen tak begitu menarik bagiku dalam
mengajar. Atau disaat aku malah mengobrol sendiri sedangkan sang dosen sedang
begitu semangat-semangatnya berpidato di depan kelas. Masa-masa dimana aku
minta izin ke belakang, padahal tak ada kepentingan apapun kecuali ingin
mencari udara segar hanya karena bosan di dalam kelas. Kini pun begitu teringat
saat aku dengan menggebu-gebu mendebat temanku saat presentasi didepan, seolah
tanpa belas kasihan ingin menumbangkan semua argument yang disampaikan. Ah
semua begitu membekas di fikiranku, menjadi kenangan yang tak terlupakan.
Saat menulis
ini, aku ingat pula saat aku begitu asyiknya berorganisasi. Ternyata begitu
banyak organisasi yang telah aku ikuti. Teringat kala pertama kali ditunjuk
sebagai ketua departemen advokasi dan kesejahteraan mahasiswa di Hima Pend.
Ekonomi. Padahal, aku masih seorang maba yang belum tahu banyak hal. Konyolnya
aku hanya menerima jabatan begitu saja. Teringat pula kala aku di marahi para
dosen, karena membuat acara yang mengkritik kinerja para dosen dan jurusan. Anehnya
kala itu aku hanya tersenyum-senyum di atas semua kesalahanku, tak takut karena
membuat acara yang aneh. Teringat pula kala aku berkecimpung dengan begitu
asyik di dunia rohis fakultas, di Eksis dan tepatnya di departemen Syiar yang aku
ketuai. Membuat acara-acara yang diluar kebiasaan rohis, begitu aneh yang
menyita banyak perhatian aktifis lainnya. Teringat acara besar yaitu tablig
akbar, yang telah membuatku merogoh uang tabunganku sekitar satu juta rupiah
karena anggaran pengeluaran yang ternyata defisit. Begitu konyol juga, ketika
aku dengan senang hati menalangi uang itu lewat sakuku padahal aku tak punya
banyak uang. Namun akhirnya uang itu pun kembali lagi padaku. Eksis, begitu
terkenang lewat beberapa orang istimewa di departemenku. Sekretarisku yang
sangat ikhlas dan begitu murah senyum, Rossi Yunieka. Beserta anggota yang
gokil dan aneh, Ibnu, Tata, Hanif, Fajar, Iqro, dan yang lucu . si Tiara dan
lain-lain.
Teringat pula
kala aku mulai tertarik di KIME, sebuah komunitas ilmiah di fakultasku. Begitu
aneh saat aku dicalonkan sebagai Pelaksana Tugas mengganti ketua saat itu (Mas
Afif), diantara dua calon lain yang merupakan kader lama yang telah menjadi
kadep, Meni’ dan Ridho. Padahal aku hanya anggota baru dan hanya seorang yang
berjabatan staff biasa. Ah begitu sombongnya aku kala itu, hehehe aku menolak
dicalonkan karena beralasan begitu aktif di banyak organisasi. Mungkin aku
dicalonkan juga karena keaktifanku di banyak organisasi, seperti mahasiswa yang
tak kenal lelah. Ah padahal aku juga lelah banget, hehehe hanya pura-pura
sangat semangat untuk menyemangatiku sendiri.
Teringat juga
saat aku mencalonkan diri menjadi ketua BEM FE, hal yang terlalu berani aku
lakukan dengan menantang dua calon lain yang merupakan kadep di BEM FE saat itu,
Zaenul dan Galang. Ah itu juga karena banyaknya saran dan permintaan agar aku
mencalonkan diri. Hehehe dengan begitu percaya dirinya aku ikut dalam
pencalonan. Teringat saat baliho besar berukuran dua kali tiga meter yang bergambarkan
fotoku terpampang begitu besar di depan gedung C3, fotoku yang terlihat begitu
serius yang katanya juga nyeremin yang bertulisakan “Pilih Nomer 1, Agus Joko
Prasetyo”. Serta beberapa poster yang
terlihat memenuhi hampir setiap mading yang ada, dengan slogan dan fotoku yang
begitu narsis “AJP, Aspiratif Jujur Peduli”. Oh, jadi tersenyum saat aku ingat
masa itu.
Teringat pula
dengan organisasi yang sangat berkesan bagiku, IMBISI FE Unnes. Sebuah
organisasi yang begitu dekat dengaku, organisasi mahasiswa bidikmisi. Begitu
asyiknya hingga aku dengan senang hati menjadi ketuanya selama dua periode,
baru terfikirkan kini kenapa aku mau melakukan itu. Tak ada bayaran, tak ada
ekspos media, tak ada dikenal banyak orang. Eh ternyata disitu begitu
mengajarkanku untuk bermanfaat pada orang lain. Teringat dengan begitu
semangatnya aku mengirimkan sms informasi ke ratusan nomer sekaligus, tanpa
mikirin pulsa dengan bertele-tele. Ya, hampir setiap saat HPku berbunyi
mendapat sms dari mahasiswa bidikmisi. Sms pertanyaan, sms keluhan, sms
kritikan, sms yang macem-macem yang kadang juga membuatku senyum-senyum bahkan
bersedih sendiri. Aah semuanya lalu lalang menyerbu HPku. Namun manfaatnya aku
pun punya banyak teman.
Kenangan
berorganisasi ternyata begitu berkesan menjadi sebuah pengalaman berharga yang
begitu sangat banyak memberikan pelajaran dan hikmah dalam bersosial. Maka
kamu, iya kamu…. Jangan ogah-ogahan ya jika punya kesempatan berorganisasi.
Semakin malam
aku menulis ini, kembali teringat hal yang sangat membebaniku namun juga sangat
membentuk karakterku hingga aku sangat suka jadi pemimpin. Apa itu ??? tahu
nggak, teman-teman sekelasku memberikanku sebuah gelar menjengkelkan buatku.
“KOMTING SEUMUR HIDUP”, itu lah sebuah gelas kebangsawanan yang telah di
anugerahkan padaku oleh teman-temanku sekelas hahaha. Teringat kala aku dengan
senang hati diperintah untuk ini dan itu, seolah-olah itu adalah pekerjaan yang
sangat cocok untuk seorang pemimpin kelas. Dari menyalakan proyektor,
mengumpulkan tugas dan bahkan sampai mengambilkan spidol dosen yang ketinggalan
di ruangannya. Hahaha namun semua itu kulakukan dengan senang hati. Karena
bukan perintah-perintah aneh itu menjadikan komting itu posisisi yang istimewa,
namun kala menjadi komting benar-benar aku belajar untuk peduli pada orang lain
sepeduli-pedulinya. Walau mereka tak memperdulikanku, ada kepuasan tersedniri
saat aku bisa melaksanakan tanggung jawabku. Melihat mereka tersenyum karena
kepedulianku adalah hadiah terbesar yang bisa aku rasakan dari mereka.
Teringat lagi
kala aku begitu ingin stress karena mengurusi KKL mandiri, lagi-lagi sialnya
aku dipilih menjadi ketua. Ah begitu rumit kala itu, seolah otak dan perasaanku
diperas karena kesalah pahaman antara panitia dan pihak dosen. Lagi-lagi aku
dengan anehnya berjuang demi teman-temanku tanpa bayaran apapun, rela
kesana-kemari, dimarahi dosen sana-sini, hingga aku begitu merasa sangat lelah
melangkah karena begitu menyita kekesalanku dan kebingunganku. Hemmm namun
karena berbagai cobaan itu, karena dari awal niatnya baik justru membuatku
lebih dikenal pihak dosenku. Aku pun merasa bahagia, kala melihat teman-temanku
sekelas tersenyum menikmati KKL dengan lancar.
Teringat pula
kala KKN dulu di desa Sukareja Tegal, ah aneh lagi aku dipilih jadi ketua tim
lagi. Teringat kala buat acara sosialisasi menyemangati anak-anak SMAN 1
Warureja. Aku membuat mereka menangis sesenggukan, hehehe dasar aku membuat
mereka ingin kuliah sepertiku. Berlagak seperti motivator namun dengan gaya
bicara yang pas-pasan, ditambah lagi dengan wajah yang pas-pasan pula. Hehehe.
Teringat pula kala aku harus memanggul plang jalan yang begitu banyak dan
menanamnya satu per satu di setiap gang desa, hehehe ntah plang papan yang aku
cat dengan warna biru sekarang masih berdiri atau tidak. Teringat lagi kala PPL
di SMKN 1 Salatiga dulu, bertemu dengan sosok-sosok mahasiswa yang begitu unik2
pula. Parahnya lagi-lagi aku dipilih menjadi ketua mahasiswa, walau sebenarnya
juga ingin mundur karena baru kali ini aku merasa tidak berhasil sebagai
pemimpin. Teringat akan murid-muris XAP3 yang semuanya adalah cewek, ah hal itu
membuatku seperti arjuna yang berdiri didepan
para bidadari-bidadari kecil. Teringat saat aku membuat mereka menangis
pula, saat kuerlihatkan video motivasi diakhir pelajaran. Mereka nampak
tersenyum seusasi melihatnya, padahal masih meneteskan air mata. Ah aku begitu
sering membuat orang menangis. hehehe
Segala puji bagi
Allah yang telah mempertemukanku dengan sosok-sosok kaum hawa yang istimewa.
Kaum hawa yang telah menumbuhkan rasa yang indah, yang orang-orang sebut itu
dengan istilah “Cinta”. Teringat dengan seorang gadis yang begitu solihah
dengan segala pengetahuan agamanya, yang telah membuatku terjatuh pertama
kalinya dalam hatinya. Gadis yang membuatku terpaksa menulis sebuah frase
istimewa untuknya dengan sebutan “Habibatul Qolby”. Teringat pula begitu
manisnya sebuah senyum seorang gadis nan cantik jelita, berkerudung merah muda
dengan tutur kata khasnya yang sering menyapaku dengan nada unik “mas
aguuuuussss”. Teringat pula dengan gadis
berkerudung putih yang suka sekali warna unggu, yang telah menginspirasiku
untuk menulis banyak puisi. Seorang gadis nan manis dan nyaman senyumnya itu
yang sering aku sebut sebagai bidadari. Ketiga
sosok istimewa yang kini telah melabuhkan hatinya untuk orang lain, hehehe
anehnya aku begitu rela dan ikhlas menerima itu. Aku tetap merasa bahagia
karena pernah merasakan indahnya cinta dari mereka, walau tak pernah jadi
kekaksih mereka. Mungkin ini hanya sebuah perkenalan, semacam intermezzo untuk
mengenalkanku untuk jodohku kelak yang akan memberiku cinta sepenuhnya.
Segala puji bagi
Allah pula yang telah membuatku mampu mengerjakan skripsiku dengan tepat waktu,
hingga aku bisa lulus di akhir jatahku sebagai seorang mahasiswa bidikmisi.
Teringat kala aku dengan sendunya menunggu di depan lorong C6, dari jam tujuh
pagi hingga sore hari hanya untuk menunggu dosen pembimbing. Teringat
wajah-wajah temanku sambil memegang map besar yang dipangkunya sambil sesekali
menatap ke dalam ruangan berharap sang dosen yang ditunggunya telah tiba. Oh
semua itu begitu berkesan, apalagi kala mengingat saat-saat sidang skripsi.
Saat-saat yang begitu mendebarkan, kala berhadapan dengan dosen penguji yang
seolah membawa pedang yang siap dihunuskan kepadaku, padahal mereka tak membawa
senjata apa-apa. Teringat kala argumenku satu persatu disanggah oleh mereka
dengan cepat dan tegas, hingga lidahku tergugup saat meladeni setiap pertanyaan
yang ada. Hemmm Alhamdulillah skrispsi yang begitu menyita semangat itu
akhirnya telah terlewati.
Di akhir catatan
ini aku ingin menyampaikan banyak terima kasih pada orang-orang yang telah
membuatku bisa sampai disini, ya sampai aku akan bisa merasakan yang namanya
“Wisuda”. Mmmm dibaca ya, kali aja ada namamu. Hehehe.
Terima kasih
untuk ibundaku tercinta, yang telah setia mendoakanku siang malam dalam sujud
dan tengadah tangannya kepada Allah. Hingga berbagai keajaiban dan jalan yang
begitu mudah dan lancar serasa selalu menjadi penolongku disetiap jalan yang
aku pilih.
Terima kasih
untuk keluargaku, kakak-kakakku yang aku banggakan yang senantiasa mendukungku
dikala aku mengalami kesulitan. Yang telah memberikan banyak pelajaran
bagaimana cara aku memandang kehidupan.
Terima
kasih Abah Yai Abdul Hamid Al-Ghozali
beserta keluarga, yang telah mengulurkan begitu banyak bantuan padaku hingga
aku bisa memperdalam agamaku serta menyelamatkanku dari suramnya masa depan
seorang yang putus sekolah. Tanpa bantuannya, aku tak mungkin bisa kembali
sekolah ke SMA.
Terima kasih
untuk guru-guru SMAku, SMA Muhammadiyah 3 Kayen yang telah menjembataniku dan
menyemangatiku hingga aku pun bisa kuliah. Tanpa uluran bantuan yang diberikan,
aku tak aka bisa mengenyam pendidikan SMA.
Terima kasih Pak
Susilo Bambang Yudhoyono dan Pak Muhammad Nud, engkau telah memulai program
yang luar biasa yang telah memberikan pintu harapan bagiku untuk belajar sampai
perguruan tinggi. Program beasiswa Bidikmisi telah memberikan kesempatan bagi
kami para pemuda dari keluarga kurang mampu untuk berani bercita-cita dan
menulis mimpi setinggi-tingginya.
Terima kasih
bapak ibu Dosen Unnes, yang telah selama delapan semester ini membuatku
menerima banyak pengetahuan dan pengalaman sebagai seorang mahasiswa. Hingga
akhirnya berkat jasa-jasamu, aku bisa merasakan memakai toga dengan berbagai
harapan baru kedepan.
Terima kasih
teman-temanku semua, teman SMAku yang sangat sederhana namun bermakna, teman pondok
pesantren Roudlotul Hamiddiyah yang begitu sangat tinggi tirakatnya dalam
mencari ilmu. Teman-temanku di kelas PAPER B, sungguh teman-teman yang telah
memberikan kenangan yang sangat banyak di tiap harinya. Teman-teman di IMBISI
FE, Oh kalian begitu paling seperjuangan denganku. Teman-teman di Hima PE, KIME,
BEM FE yang mengajarkanku tentang leadership dan tanggung jawab. Teman-teman di
Eksis, terutama teman-teman di Syiar, Ohhh kalian begitu membuatku merasa
senang dalam berbagi ilmu agama. Serta teman-temanku bidikmisi semua, kalian
sungguh luar biasa. Dan tak lupa semua orang yang mau menjadi temanku, walau
begitu banyak kekurangan dan keburukan yang aku miliki, namun kalian dengan
senyum manis mau menjadikanku sebagai teman. Kalian semua adalah temanku.
Terakhir aku
sangat berharap, kalian semua tetap selalu mau menjadi teman-temanku. Aku senang
bisa bertemu kalian, sedih rasanya juga karena seolah terasa akan tak bertemu
kalian lagi setelah acara wisuda esok hari. Senyum kalian, tawa kalian, canda
kalian, hemmmm tentu taka da yang akan sama seperti kalian. Memang aku begitu
tak menyukai perpisahan, aku orang yang begitu bersedih jika akan mengalami
perpisahan. Semoga kita bisa selalu menjadi teman, teman di dunia dan teman di surga.
Maafkan aku ya teman jika aku punya banyak salah pada kalian, aku pun memaafkan
kalian.
Sampai jumpa
pada hari esok nanti ya, saat aku memakai toga dalam acara wisuda besok pagi.
Aku ingin berfoto dengan kalian, aku ingin punya foto dari kalian yang sedang
tersenyum bersamakau yang sedang memakai toga. Oke besok datang ya di acara
wisudanya, tentu juga banyak teman kalian yang sedang wisuda. Okeee sampai bertemu denganku, aku bangga
punya teman sepertimu. Iya kamu, kamu dan kamuuu.
Alhamdulillah
besok aku wisuda, insya Allah.
0 Response to "Alhamdulillah Besok Aku Akhirnya Diwisuda - Catatan Sang Bidikmisi Ke-35"
Post a Comment