Guru, kalau dalam istilah Jawa bisa diartikan dengan "Digugu Lan Ditiru". Guru diartikan sebagai sosok yang dipatuhi dan sifat kelakuannya layak untuk ditiru. Secara luas guru adalah mereka yang mengajari kita tentang suatu hal. Secara lebih khusus mereka adalah orang yang mengajar di sekolah-sekolah tempat anak kita belajar.
Guru adalah sosok akan ditemui anak setiap harinya. Dari pagi hingga siang hari, bahkan ada banyak sekolah yang sekolahnya sampai full day. Hal itu karena banyaknya permintaan dari para orang tua untuk tetap mengajar anak-anak mereka, karena kesibukan yang orang tua mereka lakukan. Sekarang banyak sekali orang tua yang sangat sibuk dengan kerjaan mereka, sampai jarang sekali bertemu dengan anak mereka. Hingga frekuesnsi bertemunya justru lebih banyak dengan guru-guru mereka.
Akibatnya anak-anak justru lebih dekat dengan gurunya. Anak-anak lebih hormat kepada gurunya. Anak-anak lebih patuh terhadap gurunya.
Namun sering pula ada orang tua yang mengeluh bahwa
anaknya kurang mendapat perhatian dari gurunya. Merasa bahwa sang anak masih sering teracuhkan dan tidak mendapat perhatian maksimal dari guru-gurunya. Sehingga merasa bahwa anaknya telah tertinggal dari anak-anak yang lain. Tentu hal ini membuat guru menjadi risau dan gelisah. Padahal ia telah melakukan banyak hal dalam mengajar, baik sesudah dan sebelum pembelajaran. Serta saat pelajaran berlangsung. Setiap guru telah mempersiapkan banyak hal dalam pembelajaran. Mulai dari Prota (Program Tahunan) yang ia rencanakan selama satu tahun untuk siswanya. Lalu dirinci lagi dengan yang namanya Prosem (Program Semester). Setiap pembelajaran seorang guru menyiapkan RPP, RPP adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Hal itu dilakukan dan dibuat untuk setiap jam pembelajaran. Jadi setiap guru sudah mempersiapkan bagaimana pembelajaran itu akan berlangsung, bagaimana caranya mengajar, media apa yang kan dipakai, bagaimana nanti menilai sang anak, bagaimana interaksi akan tercipta dan lain-lain. Banyak hal yang telah ia rinci, tentu saja memang akan ada yang meleset dari target. Namun jika sudah ada perencanaan, niscaya sudah punya benang merah pembelajaran.
Selain itu, untuk memberikan target pembelajaran pada anak didiknya juga sudah memikirkan KD (kompetensi Dasar) dan SK (Standar Kompetensi). Bagaimana menerapkannya hingga nanti akan tepat waktu selama satu semester atau satu tahun pembelajaran. Belum lagi jika guru harus memikirkan strategi KKM murid, Kriteria Ketuntasan Minimal. Guru sudah memikirkan jika anak didiknya nanti nilainya bagaimana, apakah mampu mendapat nilai sekian dan sekian. Apabila tidak mampu bagaimana caranya untuk bisa memperbaikinya. Sebenarnya banyak lagi yang guru itu kerjakan, namun semua itu ya memang harus dilakukannya. Jika ada yang menyanggah, "Ya itu kan memang pekerjaan seorang guru!". Memang pernyataan itu benar, maka anda sebenarnya sudah tahu bagaimana pekerjaan seorang guru. Lalu kenapa masih mempertanyakan pekerjaannya. Bukankah dia sudah begitu sangat perhatian dengan anak didiknya bukan?
Kalaulah ada murid yang ternyata tidak bisa seperti rata-rata temannya. Hal itu memang tidak bisa dipungkiri, tidak semua buah akan bisa semanis buah-buah yang lain. Tidak semua buah akan matang disaat yang bersamaan. Ada kalanya memang ditemukan seorang murid yang belum bisa dididik semaksimal teman-temannya. Ada pula yang menyalahkan seorang guru, harusnya itu tugas seorang guru agar tidak terjadi hal demikian. Namun jika semua ini tugas seorang guru, lalu dimana letak peran serta orang tua dalam mendidik anak-anaknya? karena ada pula sang anak sangat rajin di sekolah. Namun ternyata saat di rumah dia justru tidak mendapat dukungan yang maksimal dari orang tuanya, ia merasa kurang perhatian dari orang tua mereka.
Sebaiknya memang baik orang tua dan guru selalu memberikan perhatian kepada anak-anak. Mereka tak hanya butuh asupan pelajaran, mereka juga butuh perhatian. Kalau hanya ilmu pengetahuan, sekarang ini dunia internet sudah menyediakan tempat untuk mengakses ilmu pengetahuan dengan sangat mudahnya. Namun sebuah perhatian, hal itu tidak bisa diakses dalam internet dengan semaunya. Perhatian itu dari hati, bukan dari gadget yang diberikan oleh orang tua yang seanantiasa digenggam oleh seorang anak.
0 Response to "Renungan Untuk Orang Tua, Adakah Yang Lebih Perhatian Dengan Anak Anda Selain Gurunya?"
Post a Comment