Aku ingin bercerita tentang sebuah harapan yang ada dalam hati. Sebuah harapan yang sering kali dianggap tidak mungkin dilakukan atau diwujudkan oleh seorang yang berasal dari keluarga yang tidak punya. Ini bukan hanya tentang harapan yang aku rasakan dan impikan, mungkin anak-anak yang berkondisi seperti diriku juga mengharapkannya. Anak-anak itu adalah kami-kami dari keluarga yang bisa dibilang terbatas dalam kemampuan finansial ekonominya, namun begitu bertekad untuk bisa sekolah sampai ke jenjang perguruan tinggi. Kami yang mempunyai cita-cita bisa mampu belajar di perguruan tinggi walau kami berasal dari keluarga yang serba sederhana. Jadi rasanya jika harus kuliah dengan biaya sendiri, itu rasanya begitu berat. Apalagi biaya kuliah diperguruan tinggi itu tentu saja tidak murah. Mungkin memang kami bisa membiayai kuliahnya dengan berbagai cara, namun pastilah berat juga jika ditambah dengan biaya hidup yang harus kami tanggung. Walaupun begitu, niatan kuliah itu sudah tertancap dalam hati. Entah akan terwujud atau tidak, setidaknya kami sudah berusaha dan berdoa.
Pastilah banyak yang bertanya-tanya, mengapa kami bermimpi untuk bisa kuliah? mengapa kami begitu ingin untuk bisa belajar sampai ke jenjang perguruan tinggi? mengapa sampai sebegitunya kami ngotot untuk ikut seleksi disana-sini agar bisa mendapatkan beasiswa. Atau bekerja keras disana-sini untuk bisa mendapatkan bekal kuliah. Jawabannya tentu sederhana sekali, kami ingin mengubah jalan kehidupan keluarga kami menjadi lebih baik. Rasanya memang pendidikan bisa menjadi salah satu jalan yang cerah bagi kehidupan. Hal seperti itulah yang kami yakini dalam hati. Ilmu dan pengetahuan bisa mengubah jalan hidup seseorang. Jadi ini bukan hanya tentang selembar ijazah yang ingin kami dapatkan. Namun segenap pengetahuan dan pengalaman agar bisa memandang kehidupan ini menjadi lebih baik.
Memang ada banyak jalan untuk bisa mengubah jalannya kehidupan kami selain hanya belajar dan belajar. Kami memang bisa saja langsung bekerja dan mencari rejeki siang dan malam. Namun masa depan itu tidak sesempit tentang banyaknya uang yang bisa kita kantongi. Bukan sekadar banyak harta yang bisa kita tumpuk. Masa depan itu bukan hanya soal harta, kesuksesan dan kenyamanan hidup bukanlah sesempit lembaran uang yang ada di dompet. Setidaknya kami beranggapan bahwa memang pendidikan itu bisa meninggikan seseorang dengan derajat kelimuan yang dimilikinya. Membuat seorang manusia menjadi lebih berharga dibanding yang lain. Bahkan penulis sendiri juga pernah mencoba merantau ke pulau seberang, mencoba menumpuk harta bekerja keras sepanjang hari. Sebelum akhirnya memutuskan untuk sekolah dan mengejar keinginan untuk kuliah. Namun memang tumpukan harta itu bukan sebab utama hal-hal yang menjanjikan sebuah masa depan yang nyaman dan mendamaikan.
Mendengar adanya beasiswa untuk kuliah itu menambah semangat kami. Walau berkali-kali seleksi dan gagal, itu adalah hal yang biasa bagi kami. Apalagi tentang diremehkan, diacuhkan bahkan dibilang orang yang tidak tahu diri. Hal semacam itu kami anggap sebagai cobaan tentang mimpi-mimpi kami. Jika kami menyerah, maka kami akan kembali terbawa arus dan mungkin saja bisa tenggelam dalam arus mimpi orang lain. Jika kami dikatakan seperti itu saja lalu berputus asa, maka tidak lain harapan yang ada dalam diri kami akan terkubur begitu dalam. Kami percaya, ada niat, ada usaha, pastilah ada jalan yang dibukakan Allah Ta'ala untuk kami. Tuhan itu Maha Baik Hati, Ia tentu melihat harapan dan kesungguhan yang kami perjuangkan.
Tak khayal, semua kegigigan yang kami lakukan itu adalah tentang kekuatan dari sebuah mimpi. Kekuatan dari sebuah harapan yang kami percayai. Jadi saat kami terlihat begitu antusias dan pantang menyerah, maka memang harapan-harapan itu masih sedang kami perjuangkan. Tentang hasilnya, Allah yang akan menjawabnya. Nantinya bisa kuliah dan terus belajar, itu adalah kehendak yang kuasa. Hasilnya seperti apapun, insya'Allah kami terima. Terpenting kami sudah berani berusaha dan bermimpi. Karena kami menyadari bahwa setiap orang itu punya harapan dan bahwa memang setiap orang itu berhak bermimpi.
0 Response to "Mengapa Kami Bermimpi Untuk Bisa Kuliah - Catatan Sang Bidikmisi"
Post a Comment