Bulan ini Maret 2018, adalah bulan dimana diriku Alhamdulillah bisa melangsungkan pernikahan dengan sosok yang begitu aku cintai. Tepat di tanggal 8 Maret 2018 lalu, aku dapat mengucap ijab qobul di depan dirinya dan orang tuanya. Akhirnya aku sah menjadi suaminya. Rasanya begitu lega, begitu indah, begitu bahagia dan memang sangat membuat hati tenang sekali. Saat sosok yang dicintai akhirnya bisa kujadikan istri.
Tentu tak sebentar kesabaran yang harus aku jaga. Lebih dari satu tahun aku harus menunggunya, setelah aku beranikan untuk melamar dan meminta restu kepada kedua orang tuanya. Chusnul Chotimah, itulah nama sosok gadis istimewa yang membuat diriku bersedia menunggu dalam waktu yang lama. Kutunggu dirinya menyelesaikan masa belajarnya di kampus, dia memang begitu antusias dalam belajar. Bahkan kini gelar pendidikannya lebih dari yang kupunya. Aku sempat iri pada keinginannya yang ingin terus kuliah sampai jenjang S2. Seraya menunggunya lulus, sambil menantikan hari yang telah ditentukan oleh keluarga berdua.
Tanpa terasa memang waktu cepat berlalu, lebih dari setahun waktu itu berjalan akhirnya terselesaikan dalam indahnya duduk di pelaminan. Di pelaminan bersama dirinya yang sering aku doakan. Aku dan dirinya dengan penuh senyum duduk bersama dalam kebahagiaan. Disaksikan beratus-ratus pasang mata yang turut hadir dan larut dalam indahnya acara pernikahan. Rasanya memang telah menjadi raja dan ratu dalam sehari, semua orang datang untuk memberikan ucapan selamat, doa dan kebahagiaan kepada kami.
Kini, tidurku menjadi tak sendiri lagi. Dahulu hanya guling dan bantal yang menemani. Dahulu mungkin hanya suara TV yang terdengar, kala aku terlelap dalam malam ketika sering tertidur ditonton oleh televisi yang lupa aku matikan. Atau tentang kesendirian ketika aku begadang menatap layar laptop sampai fajar tiba. Sekarang, selalu ada candanya ketika aku akan terlelap tidur. Suara tawa dan cakap manjanya yang terlihat bahagia pula ketika telah bersamaku. Termat bahagia, inilah salah satu anugerah dari Sang Maha Cinta yang diberikannya kepadaku. Bisa melihat senyumnya yang damai, ketika aku akan terlelap dalam tidurku.
"Sungguh bahagia rasanya Mas, akhirnya kita bisa bersama." Ungkapnya.
"Mmmm kenapa tidak dari dulu Dek, kamu sih tidak mau menikah dari dulu." Kutimpali ia dengan sindiran manja.
Ia pun tersenyum dan sesekali mencubit dan balas menyindirku, "Kamu yang lama." Seketika itu, biasanya kami akan tersenyum dan tertawa bersama.
Mungkin itu sekelumit kisah membahagiakan yang terjadi. Pastilah ada banyak kebahagiaan yang terjadi ketika sudah menikah dengannya. Memang tak semua bisa diceritakan, entah karena untuk menjaga privasi atau memang jika diungkapkan akan sulit dijelaskan. Karena memang saking banyaknya kebahagiaan yang didapatkan setelah memiliki seorang istri.
Pastilah bahagia, jika kita akan terlelap tidur dan sosok yang kita lihat adalah sosok orang yang kita cinta sedang tersenyum pada kita dengan begitu manis dan manjanya. Belum lagi nanti saat kita terbangun, suaranya yang lembut yang membangunkan kita. Seraya mengajak dan mengingatkan waktu untuk solat subuh berjamaah. Sungguh indahnya, nikmat Tuhan yang sangat luar biasa. Tak lain kebahagian seperti ini hanya bisa didapatkan setelah kita menikah. Maka menikahlah, karena menikah itu memang membahagiakan sekali dan mendamaikan hati.
0 Response to "Ketika Diriku Akhirnya Bisa Selalu Menatap Senyummu Sebelum Aku Terlelap Tidur"
Post a Comment