Ketika lebaran kemarin, saat diriku dan istri bersilaturrohim ke rumah berbagai kerabat di lain desa. Banyak kulewati hamparan persawahan yang ditanami padi. Banyak padi yang sudah menguning dan siap panen. Serta terlihat pula beberapa sawah yang sudah dipanen yang meninggalkan jejak roda mesin. Mesin panen padi yang kini banyak ditemui di desa-desa sekitarku. Mungkin tiga tahun belakangan ini, mesin-mesin itu nampak ketika masa panen tiba. Serasa sebuah lompatan besar di bidang teknologi dalam pertanian di desaku ini.
Perkembangan teknologi memang tidak bisa dibendung, hal itu akan merambah ke berbagai aspek kehidupan di sekililing kita. Tak terkecuali di bidang pertanian. Dahulu mulai dari masa kecilku, aku pun menyaksikan berbagai pekembangan teknologi yang dipakai ketika panen padi tiba. Mulai dari alat yang aku kenal bernama Dos dengan ontelan kaki, lalu berkembang menjadi Dos dengan ontelan mesin. Berlanjut kemudian datang mesin yang aku kenal dengan nama mesin blower. Hingga sekarang datang lagi sebuah mesin besar yang bisa dikendarai, warga di desaku menyebutnya treser.
Perkembangan teknologi seperti ini tentunya berdampak cukup besar di dunia pertanian desaku ketika masa panen. Mesin dos ontelan kaki kini mungkin sudah tidak ada yang memakainya di desaku, lalu mesin dos dengan ontelan mesin masih beberapa yang menggunakannya. Sedangkan blower dan treser kini yang lebih mendominasi. Sawah-sawah yang masih menggunakan mesin dos ontelan biasanya adalah sawah yang lokasinya sulit dijangkau treser.
"Mengapa para petani lebih memilih mesin treser?"
Jawabannya sederhana, yaitu membutuhkan biaya yang lebih sedikit serta bisa cepat selesai. Para petani bisa sedikit menghemat uangnya dalam segi pegeluaran. Tentu hal ini berarti punya dampak positif bagi petani itu sendiri. Tetapi di sisi lain, ada dampak yang luar biasa yang terlihat di pengamatanku. Setelah mesin treser ini digunakan untuk panen, maka tenaga buruh tani justru berkurang sangat signifikan. Misalnya, awalnya sawah yang panen dengan mesin dos ontelan itu butuh puluhan orang untuk setiap sekali panen. Namun mesin treser hanya butuh beberapa orang saja untuk bisa menangani sawah tersebut, bahkan sawah yang lebih luas sekalipun.
Disini terlihat lapangan pekerjaan musiman sebagai tukang panen padi atau biasa disini disebut ngedos menjadi minim sekali. Orang-orang yang dahulunya sempat bergantung dengan musim panen padi menjadi kehilangan kesempatannya menjadi buruh panen. Inilah bukti bahwa memang serasa mesin-mesin itu akan menggantikan manusia jika manusia itu tidak memiliki keahlian atau keterampilan lain.
Perkembangan teknologi tidak bisa kita hindari, kita tentu akan merasakan dampaknya. Baik dampak yang menguntungkan atau merugikan kita. Pekerjaan yang kita lakukan pun bisa saja terdampak dari perkembangan teknologi, tak hanya dalam bidang pertanian semata. Maka mempunyai keahlian dan keterampilan khusus memang perlu selalu kita kembangkan. Agar kita bisa tetap bekerja dan berusaha, syukur-syukur kita bisa menguasai teknologi yang terus berkembang. Maka teruslah belajar dan mau memperbaiki kualitas diri, jika kita terlalu mengandalkan tenaga, bisa jadi suatu saat mesin-mesin itu yang akan menggantikan pekerjaan kita.
0 Response to "Ketika Mesin-Mesin Bidang Pertanian Mulai Berdatangan di Desaku"
Post a Comment