Aisya, Satu Tahun Pertama
Tepat tanggal 21 Desember 2019 yang lalu putri kecilku sudah berusia satu tahun. Cepat sekali rasanya, padahal masih teringat jelas perjuangan ibunya dahulu ketika melahirkannnya. Serasa itu baru beberapa bulan berlalu. Waktu pertama kali aku melihatnya di dunia, menangis merengek dengan gemas di detik-detik pertama ia merasakan udara di luar perut ibunya. Ia yang lahir dengan berat hampir 4 Kg, begitu nampak cubby. Kini putri kecilku, Aisya, ia sudah berusia setahun.
Setahun usianya, ia sekarang sudah belajar berjalan. Setapak demi setapak, walau belum lancar namun itu begitu menggemaskan. Sesekali ia menyipitkan matanya sambil tersenyum, memperlihatkan giginya yang kini sudah tumbuh enam biji. Nampak senyumnya begitu manis, seperti senyum ayahnya yang mempesona, eh maksudnya senyum ibunya. hehe. Dengan enam gigi yang dimilikinya, ia kini suka makan banyak makanan. Aisya pintar dalam memanfaatkan enam giginya, makanan yang besar pun ia ambil sedikit demi sedikit dengan giginya. Kadang khawatir juga jika ia memegang makanan yang besar, eh ternyata si kecil sudah lihai bagaimana cara ia menikmati makanannya.
Latihan berjalan, tak khayal ia pun sering terjatuh. Sang ibu sering kali mengajak dan melatihnya berjalan, hingga kadang aku menghentikannya jika kulihat si kecil terasa capek. Padahal ya si kecil masih lincah-lincahnya. Ketika ia terjatuh, salah satu obat mujarab untuk menghentikannya adalah pelukan dari ayahnya. Kupeluk sebentar kuajak jalan, ia akan kembali tersenyum kembali. Ia nampak nyaman sekali dipelukan ayahnya untuk berjalan-jalan. Namun untuk urusan tidur, pelukan ibunya lah yang paling manjur untuk menina-bobokannya. Pelukan sang ibu menjadi tempat ternyaman baginya dalam terlelap menutup mata.
Usia setahun, Aisya kecil mulai mengenali dengan cermat orang-orang dan benda-benda di sekitarnya dengan berbagai isyarat. Saat diminta menunjukkan mana bapak, mana ibuk, mana mbah, mana benda ini dan itu, ia kerap mengacungkan telunjuknya dengan tepat. Ia pun senang menirukan berbagai tingkah dan suara. Jika melihat seekor kucing lewat, ia pun bersuara layaknya eongan kucing. Melihat sapi, cicak, dll. Ia memberi isyarat yang lain pula.
Hampir setiap bangun tidur, jika aku atau istriku berada tepat di hadapannya. Ia pun akan bangun dengan tersenyum manis. Beda lagi jika tidak ada orang, kadang menangis, kadang malah pernah turun sendiri dari ranjang. Entah bagaimana ia turun, ia sudah berdiri rambatan di pinggir ranjang. Padahal kala itu ia merangkak pun ia belum bisa.
Aisya kecil sudah setahun, semoga kita berdua bisa tetap mendidik, merawat dan merawatnya secara langsung. Chusnul Elsaturday. Hingga ia akan tumbuh jadi anak yang sayang dan berbakti kepada kedua orangtuanya. Lalu ketika suatu saat nanti ia membaca tulisan ayahnya ini, ia pun akan tersenyum manis sambil memeluk ayah dan ibunya.
0 Response to "Putriku Aisya, Satu Tahun Pertama"
Post a Comment