Bagian 1
Sosok Misterius
Redup lampu menerangi sebuah kamar, hanya sorotan cahaya rembulan yang masuk menerangi sudut ruangan lewat tirai-tirai jendela yang sedikit terbuka. Kamar itu nampak remang-remang, terlihat beberapa orang yang tergeletak tepat di atas ranjang. Begitu nyenyak terkulai dalam tidurnya, memperlihatkan rasa lelah di raut wajah mereka. Sementara di samping jendela nampak berdiri sosok bergaun panjang, nampak gelap membelakangi sinar rembulan yang menerpa dirinya. Sosok wanita yang sedang menatap ke langit, memandang cahaya bulan dalam diamnya. Dialah Silfi, seorang wanita yang sedang istirahat bersama teman-temannya di sebuah penginapan setelah seharian melakukan aktifitas mereka sebagai seorang mahasiswa dalam acara makrab kampusnya.
Silfi nampak termenung dan terus menatap langit, dia masih memikirkan hal yang tejadi siang tadi. Sebuah kejadian yang menyisihkan banyak misteri dan ketakutan padanya. Malam yang semakin sunyi, Silfi mencoba menoleh dan memandangi teman-teman wanitanya yang kini sedang tertidur pulas. Dia tak bisa tidur malam ini, kejadian tadi siang begitu menjadi beban dalam fikirannya. Ketika darah mengalir dari kening Pras, teman laki-lakinya yang kala itu menemaninya mengobrol di pinggir danau. Dari balik-balik semak-semak, tiba-tiba sebuah batu telah terlempar tepat mengenai kepala Pras. Membuat Pras terjungkal dengan kening yang berlumuran darah. Dari balik semak-semak terlihat sosok laki-laki yang memakai pakaian serba hitam, wajahnya tertutup oleh balutan topeng yang menyembunyikan wajahnya. Silfi semakin ketakutan, laki-laki bertopeng itu mendekati mereka berdua. Laki-laki itu mendekati Pras yang masih kesakitan dengan lukanya, dan “Praaaak” suara laki-laki itu memukul Pras dengan sangat keras hingga Pras kembali terjungkal. Kemudian berkali-kali tubuh Pras di tendang-tendangnya, terlihat Pras sangat kesakitan. Pras pun akhirnya terlihat sudah tak sadarkan diri. Silfi sungguh ketakutan, tubuhnya bergetar. Tak sepatah kata pun sanggup dia ucapkan. Ini pertama kalinya dia mengalami kejadian yang begitu mencekam seperti itu di hidupnya. Laki-laki itu pun kini melangkah ke arahnya, silfi coba menjauh. Namun kakinya serasa terpaku, tubuhnya lunglai karena ketakutan yang begitu menderanya. Sampailah laki-laki itu di hadapan Silfi, laki-laki itu kemudian mendekatkan wajahnya ke hapadan Silfi. Terlihat bola matanya yang begitu membuat Silfi makin ketakutan, saat tangan laki-laki itu mencoba memegang Silfi akhirnya Silfi pun bisa berteriak karena saking takutnya.
“Aaaaaaaa, tolooooong” teriaknya.
Laki-laki itu pun nampak panik dibuatnya, namun hal yang tak terduga terdengar oleh telinga Silfi. Laki-laki itu berkata padanya,
“Hati-hati Silfi, jaga dirimu baik-baik dari lelaki seperti Pras.” suara itu begitu menggetarkan Silfi.
Tak berselang lama, teman-teman Silfi nampak berlarian menghampirinya. Semuanya terkaget dan panik melihat Pras yang memegang kepalanya dengan penuh darah. Sementara terdengar suara orang yang berlari di balik semak-semak dan menjauh pergi.
“Apa yang terjadi?”
“Kenapa Pras terluka Silfi?”
Tanya teman-teman mereka, Silfi hanya nampak lemas masih shock akibat kejadian tadi. Salah satu temannya menghampiri dan segera memeluk Silfi, Vika salah satu wanita yang ikut acara tersebut. Silfi pun tak kuas menangis dan memeluk Vika dengan begitu erat.
“Cepat bawa Pras ke penginapan, kalian jangan bengong doang!”
Teriak Vika pada para lelaki yang berada disana.
Mereka semua kembali ke villa, Silfi masih menangis di pelukan Vika. Dia masih terlihat sangat ketakutan, Vika pun menenangkannya,
“Tenang ya Fi, sekarang sudah ada kita. Ayo kita kembali ke penginapan dulu, nanti bisa diceritakan semuanya.”
Malam itu, sungguh masih terbayang dan menjadi beban di pikiran Silfi. Siapakah sosok yang telah melukai Pras itu. Semakin dia penasaran karena ucapan yang disampakan laki-laki bertopeng itu sebelum pergi menghilang di balik semak-semak.
“Siapakah dia, kenapa dia tahu namaku? Kenapa dia menyuruhku hati-hati dengan pras? Apa yang sebanarnya terjadi?” Silfi bertanya kepada dirinya sendiri.
Silfi melihat jam dinding di kamarnya, tepat pukul sepuluh lebih seperempat. Terasa di malam itu sungguh begitu sepi, tiba-tiba terdengar langkah kaki tepat di depan kamarnya. Langkah itu semakin mendekat kearah pintu, Silfi kembali merasa takut. Siapa malam-malam begini menghampiri kamarnya. Silfi mencoba membangunkan Vika, namun apa daya Vika tak terbangun juga. Sementara nampak bayangan di depan pintu itu tak beranjak pergi.
“Siapa di luar? Siapa? Ada apa malam-malam begini kesini?” tanya silfi gemetaran.
Namun tiada terdengar jawaban sepatah kata pun dari sosok di depan pintu itu. Sosok di depan itu justru terlihat jongkok untuk waktu cukup lama. Silfi pun mulai merasa aneh dengan tingkah sosok di depan pintu kamarnya itu, bayangan gelap dari balik tirai dengan sorotan lampu redup di teras penginapan, hanya memberikan bayangan menyeramkan bagi Silfi.
“Oh apa lagi yang akan terjadi malam ini Ya Allah.” Silfi ketakutan.
Silfi pun mulai menangis kembali, dia sesenggukan di samping Vika. Vika akhirnya pun terbangun, dia kaget melihat Silfi yang masih terbangun dan justru menangis tersedu-sedu.
“Ada apa Silfi? Kenapa kamu menangis” ada apa?” Tanya Vika penasaran.
Silfi hanya terdiam, dia bersyukur temannya itu terbangun. Silfi hanya mengarahkan telunjuknya ke arah pintu, sambil mencoba memberitahukan kepada Vika bahwa tadi ada sosok yang berdiri disana.
“Silfi, ada apa? Ada siapa disana? Aku lihat dulu ya?
“Jangan Vika, jangan!!!” cegah Silfi sambil memegang tangan Vika.
Namun Vika itu pun dengan beraninya beranjak dari ranjang menuju ke arah pintu, dari balik tirai Vika tak melihat siapapun di depan pintu. Begitu penasarannya, Vika justru membuka pintu itu, Silfi pun begitu deg-degan dan gemetar tubuhnya menatap pasti ke arah pintu yang terbuka. Alangkah terkejutnya mereka berdua ketika melihat di depan pintu, mereka melihat …..
Lanjut Chapter 2 = Mawar dan Sebuah Pesan
Sosok Misterius
Redup lampu menerangi sebuah kamar, hanya sorotan cahaya rembulan yang masuk menerangi sudut ruangan lewat tirai-tirai jendela yang sedikit terbuka. Kamar itu nampak remang-remang, terlihat beberapa orang yang tergeletak tepat di atas ranjang. Begitu nyenyak terkulai dalam tidurnya, memperlihatkan rasa lelah di raut wajah mereka. Sementara di samping jendela nampak berdiri sosok bergaun panjang, nampak gelap membelakangi sinar rembulan yang menerpa dirinya. Sosok wanita yang sedang menatap ke langit, memandang cahaya bulan dalam diamnya. Dialah Silfi, seorang wanita yang sedang istirahat bersama teman-temannya di sebuah penginapan setelah seharian melakukan aktifitas mereka sebagai seorang mahasiswa dalam acara makrab kampusnya.
Silfi nampak termenung dan terus menatap langit, dia masih memikirkan hal yang tejadi siang tadi. Sebuah kejadian yang menyisihkan banyak misteri dan ketakutan padanya. Malam yang semakin sunyi, Silfi mencoba menoleh dan memandangi teman-teman wanitanya yang kini sedang tertidur pulas. Dia tak bisa tidur malam ini, kejadian tadi siang begitu menjadi beban dalam fikirannya. Ketika darah mengalir dari kening Pras, teman laki-lakinya yang kala itu menemaninya mengobrol di pinggir danau. Dari balik-balik semak-semak, tiba-tiba sebuah batu telah terlempar tepat mengenai kepala Pras. Membuat Pras terjungkal dengan kening yang berlumuran darah. Dari balik semak-semak terlihat sosok laki-laki yang memakai pakaian serba hitam, wajahnya tertutup oleh balutan topeng yang menyembunyikan wajahnya. Silfi semakin ketakutan, laki-laki bertopeng itu mendekati mereka berdua. Laki-laki itu mendekati Pras yang masih kesakitan dengan lukanya, dan “Praaaak” suara laki-laki itu memukul Pras dengan sangat keras hingga Pras kembali terjungkal. Kemudian berkali-kali tubuh Pras di tendang-tendangnya, terlihat Pras sangat kesakitan. Pras pun akhirnya terlihat sudah tak sadarkan diri. Silfi sungguh ketakutan, tubuhnya bergetar. Tak sepatah kata pun sanggup dia ucapkan. Ini pertama kalinya dia mengalami kejadian yang begitu mencekam seperti itu di hidupnya. Laki-laki itu pun kini melangkah ke arahnya, silfi coba menjauh. Namun kakinya serasa terpaku, tubuhnya lunglai karena ketakutan yang begitu menderanya. Sampailah laki-laki itu di hadapan Silfi, laki-laki itu kemudian mendekatkan wajahnya ke hapadan Silfi. Terlihat bola matanya yang begitu membuat Silfi makin ketakutan, saat tangan laki-laki itu mencoba memegang Silfi akhirnya Silfi pun bisa berteriak karena saking takutnya.
“Aaaaaaaa, tolooooong” teriaknya.
Laki-laki itu pun nampak panik dibuatnya, namun hal yang tak terduga terdengar oleh telinga Silfi. Laki-laki itu berkata padanya,
“Hati-hati Silfi, jaga dirimu baik-baik dari lelaki seperti Pras.” suara itu begitu menggetarkan Silfi.
Tak berselang lama, teman-teman Silfi nampak berlarian menghampirinya. Semuanya terkaget dan panik melihat Pras yang memegang kepalanya dengan penuh darah. Sementara terdengar suara orang yang berlari di balik semak-semak dan menjauh pergi.
“Apa yang terjadi?”
“Kenapa Pras terluka Silfi?”
Tanya teman-teman mereka, Silfi hanya nampak lemas masih shock akibat kejadian tadi. Salah satu temannya menghampiri dan segera memeluk Silfi, Vika salah satu wanita yang ikut acara tersebut. Silfi pun tak kuas menangis dan memeluk Vika dengan begitu erat.
“Cepat bawa Pras ke penginapan, kalian jangan bengong doang!”
Teriak Vika pada para lelaki yang berada disana.
Mereka semua kembali ke villa, Silfi masih menangis di pelukan Vika. Dia masih terlihat sangat ketakutan, Vika pun menenangkannya,
“Tenang ya Fi, sekarang sudah ada kita. Ayo kita kembali ke penginapan dulu, nanti bisa diceritakan semuanya.”
Malam itu, sungguh masih terbayang dan menjadi beban di pikiran Silfi. Siapakah sosok yang telah melukai Pras itu. Semakin dia penasaran karena ucapan yang disampakan laki-laki bertopeng itu sebelum pergi menghilang di balik semak-semak.
“Siapakah dia, kenapa dia tahu namaku? Kenapa dia menyuruhku hati-hati dengan pras? Apa yang sebanarnya terjadi?” Silfi bertanya kepada dirinya sendiri.
Silfi melihat jam dinding di kamarnya, tepat pukul sepuluh lebih seperempat. Terasa di malam itu sungguh begitu sepi, tiba-tiba terdengar langkah kaki tepat di depan kamarnya. Langkah itu semakin mendekat kearah pintu, Silfi kembali merasa takut. Siapa malam-malam begini menghampiri kamarnya. Silfi mencoba membangunkan Vika, namun apa daya Vika tak terbangun juga. Sementara nampak bayangan di depan pintu itu tak beranjak pergi.
“Siapa di luar? Siapa? Ada apa malam-malam begini kesini?” tanya silfi gemetaran.
Namun tiada terdengar jawaban sepatah kata pun dari sosok di depan pintu itu. Sosok di depan itu justru terlihat jongkok untuk waktu cukup lama. Silfi pun mulai merasa aneh dengan tingkah sosok di depan pintu kamarnya itu, bayangan gelap dari balik tirai dengan sorotan lampu redup di teras penginapan, hanya memberikan bayangan menyeramkan bagi Silfi.
“Oh apa lagi yang akan terjadi malam ini Ya Allah.” Silfi ketakutan.
Silfi pun mulai menangis kembali, dia sesenggukan di samping Vika. Vika akhirnya pun terbangun, dia kaget melihat Silfi yang masih terbangun dan justru menangis tersedu-sedu.
“Ada apa Silfi? Kenapa kamu menangis” ada apa?” Tanya Vika penasaran.
Silfi hanya terdiam, dia bersyukur temannya itu terbangun. Silfi hanya mengarahkan telunjuknya ke arah pintu, sambil mencoba memberitahukan kepada Vika bahwa tadi ada sosok yang berdiri disana.
“Silfi, ada apa? Ada siapa disana? Aku lihat dulu ya?
“Jangan Vika, jangan!!!” cegah Silfi sambil memegang tangan Vika.
Namun Vika itu pun dengan beraninya beranjak dari ranjang menuju ke arah pintu, dari balik tirai Vika tak melihat siapapun di depan pintu. Begitu penasarannya, Vika justru membuka pintu itu, Silfi pun begitu deg-degan dan gemetar tubuhnya menatap pasti ke arah pintu yang terbuka. Alangkah terkejutnya mereka berdua ketika melihat di depan pintu, mereka melihat …..
Lanjut Chapter 2 = Mawar dan Sebuah Pesan
0 Response to "Chapter 1 - Sosok Misterius"
Post a Comment