Mahar, sebuah bagian yang wajib ada ketika akad nikah. Entah itu sedikit atau banyak, kehadiran mahar wajib ada ketika menikah. Selain mahar, agar sah maka kamu harus punya calon istri yang akan kamu nikahi. hehehe.
Kali ini aku tidak ingin membahas hukum mahar secara detail, biarlah para ahlinya yang mengulasnya. Namun aku ingin menuliskan beberapa hal yang berkaitan dengan mahar, karena banyak temanku yang terkadang menunda menikah gara-gara ini. Atau menjadi terbebani karena hal ini. Padahal ia sudah ngebet nikah, dan sang calon juga sudah rewel pengen segera dihalalkan. Waw.
Pertama, adalah besarnya mahar.
Seberapapun yang kita punya, harusnya sudah bisa memboyong dan mengajaknya untuk segera ber-akad nikah. "Seribu dua ribu, masak ya gak punya? lha selama ini ngapain?" hehehe becanda. Begini, banyak dari lingkaran temanku yang menunda menikah hanya karena ingin memberikan mahar yang istimewa. Dalam artian istimewa jumlahnya, istimewa bentuknya, atau istimewa nilainya. Hal ini memang bukan suatu yang buruk, jika ingin memberikan yang terbaik untuk calon istri. Namun ada kalanya kita ya harus sadar dengan kondisi diri, semampu apa kita dan sekuat apa kita. Jangan hanya karena gengsi dengan tren yang ada, malu dengan tetangga yang bisa kasih lebih, atau ingin menyaingi teman yang mampu memberikan sesuatu yang lebih?
Kali ini aku tidak ingin membahas hukum mahar secara detail, biarlah para ahlinya yang mengulasnya. Namun aku ingin menuliskan beberapa hal yang berkaitan dengan mahar, karena banyak temanku yang terkadang menunda menikah gara-gara ini. Atau menjadi terbebani karena hal ini. Padahal ia sudah ngebet nikah, dan sang calon juga sudah rewel pengen segera dihalalkan. Waw.
Pertama, adalah besarnya mahar.
Seberapapun yang kita punya, harusnya sudah bisa memboyong dan mengajaknya untuk segera ber-akad nikah. "Seribu dua ribu, masak ya gak punya? lha selama ini ngapain?" hehehe becanda. Begini, banyak dari lingkaran temanku yang menunda menikah hanya karena ingin memberikan mahar yang istimewa. Dalam artian istimewa jumlahnya, istimewa bentuknya, atau istimewa nilainya. Hal ini memang bukan suatu yang buruk, jika ingin memberikan yang terbaik untuk calon istri. Namun ada kalanya kita ya harus sadar dengan kondisi diri, semampu apa kita dan sekuat apa kita. Jangan hanya karena gengsi dengan tren yang ada, malu dengan tetangga yang bisa kasih lebih, atau ingin menyaingi teman yang mampu memberikan sesuatu yang lebih?
"Lah apa gunanya memperjuangkan hal itu, jika kita malah terbebani? belum nikah aja kok malah dibuat susah?
Kedua, "Tetek bengek" atau benda-benda apa saja yang jadi iringan mahar dan nikah.
Apakah di daerahmu juga ada yang memberi seserahan berupa motor yang lagi tren, mobil mewah beserta kuncinya, perabotan rumah dengan lengkap, atau memberi rumah plus sertifikatnya?. Hemmm, kalau ada, ya disini juga sama. Hingga tak jarang seolah menjadi patokan bahan gosip tetangga,
"He, cah kae gowo opo serahane?" ( Hai, anak itu nanti bawa apa seserahannya)
Hingga tak jarang aku menemukan temanku yang masih lajang merasa terpusingkan kepalanya, "Aku nanti bawa apa ya mas? Duh kok belum ada modal ya, padahal doi sudah rewel."
Hingga tak jarang karena tak ingin digunjingi oleh tetangga, karena gengsi malah jadi nunda nikah. Atau karena gengsinya, jadi ngutang ke orang lain untuk membeli ini dan itu. Hemmm bukankah nikah itu urusan kita dan pasangan kita nanti? lalu mengapa kita repot-repot memikirakan apa kata tetangga? kok malah repot sih. hehehe
----
Seharusnya dari awal kita bisa memahami, bahwa bahagianya sebuah pernikahan bukanlah karena besarnya mahar atau mewahnya barang-barang seserahan. Seharusnya kita juga mengerti, bahwa indahnya pernikahan bukanlah karena mewahnya pesta pernikahan. Karena kebahagiaan dalam berkeluarga itu antara lain adalah tentang besarnya tanggung jawab dan kesetiaan.
Percuma dirimu memberi mahar sebongkah berlian, jika rasa sayangmu tak bisa pertahankan.
Percuma dirimu memberi motor mewah, jika tanggung jawabmu sebagai suami selalu payah.
Percuma dirimu memberi mobil ratusan juta, jika kesetiaanmu ternoda dengan wanita lain yang lebih menggoda.
----
"Eh mas, lha jika calon istriku yang meminta itu semua? bukankah aku harus memperjuangkannya?"
Hehehe berjuang sih berjuang, namun kita ya harus mengerti dan sadar diri. Sebenarnya apa yang ia inginkan dari kita.
"Mmm, bukankah orang yang benar-benar mencintaimu. Ia akan mempermudah jalanmu untuk memilikinya? iya kan?"
----
Tetaplah semangat berusaha dan tak perlu banyak menuruti gengsi, atau terlalu malu dengan pencapaian diri. Berikan semampu kita, berikan yang terbaik. Karena pemberian paling besar untuk membuat pasanganmu bahagia adalah tanggung jawab dan kesetiaan sebagai seorang suami.
Kedua, "Tetek bengek" atau benda-benda apa saja yang jadi iringan mahar dan nikah.
Apakah di daerahmu juga ada yang memberi seserahan berupa motor yang lagi tren, mobil mewah beserta kuncinya, perabotan rumah dengan lengkap, atau memberi rumah plus sertifikatnya?. Hemmm, kalau ada, ya disini juga sama. Hingga tak jarang seolah menjadi patokan bahan gosip tetangga,
"He, cah kae gowo opo serahane?" ( Hai, anak itu nanti bawa apa seserahannya)
Hingga tak jarang aku menemukan temanku yang masih lajang merasa terpusingkan kepalanya, "Aku nanti bawa apa ya mas? Duh kok belum ada modal ya, padahal doi sudah rewel."
Hingga tak jarang karena tak ingin digunjingi oleh tetangga, karena gengsi malah jadi nunda nikah. Atau karena gengsinya, jadi ngutang ke orang lain untuk membeli ini dan itu. Hemmm bukankah nikah itu urusan kita dan pasangan kita nanti? lalu mengapa kita repot-repot memikirakan apa kata tetangga? kok malah repot sih. hehehe
----
Seharusnya dari awal kita bisa memahami, bahwa bahagianya sebuah pernikahan bukanlah karena besarnya mahar atau mewahnya barang-barang seserahan. Seharusnya kita juga mengerti, bahwa indahnya pernikahan bukanlah karena mewahnya pesta pernikahan. Karena kebahagiaan dalam berkeluarga itu antara lain adalah tentang besarnya tanggung jawab dan kesetiaan.
Percuma dirimu memberi mahar sebongkah berlian, jika rasa sayangmu tak bisa pertahankan.
Percuma dirimu memberi motor mewah, jika tanggung jawabmu sebagai suami selalu payah.
Percuma dirimu memberi mobil ratusan juta, jika kesetiaanmu ternoda dengan wanita lain yang lebih menggoda.
----
"Eh mas, lha jika calon istriku yang meminta itu semua? bukankah aku harus memperjuangkannya?"
Hehehe berjuang sih berjuang, namun kita ya harus mengerti dan sadar diri. Sebenarnya apa yang ia inginkan dari kita.
"Mmm, bukankah orang yang benar-benar mencintaimu. Ia akan mempermudah jalanmu untuk memilikinya? iya kan?"
----
Tetaplah semangat berusaha dan tak perlu banyak menuruti gengsi, atau terlalu malu dengan pencapaian diri. Berikan semampu kita, berikan yang terbaik. Karena pemberian paling besar untuk membuat pasanganmu bahagia adalah tanggung jawab dan kesetiaan sebagai seorang suami.
0 Response to "Mahar dan Seserahan, Pemberian Paling Besar Adalah Tanggung Jawab dan Kesetiaan"
Post a Comment